Mohon tunggu...
Hilda Wahyuni
Hilda Wahyuni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student of Agronomy and Horticulture I Bogor Agricultural University (Institut Pertanian Bogor I Angkatan 46 (2009) I sang pemimpi I petani berdasi I like puisi I ordinary girl I sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Masih adakah mereka hari ini ?

6 Desember 2012   08:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengharu biru, ketika teringat beribu tahun lalu

Ketika Nabi dan Jibril berkenalan dengankisah penuh ketakutan

Ketika itulah, sebuah keputusan turun untuk menyempurnakan

Tentang seorang nabi penutup akhir zaman

Yang meretas sebuah zaman baru berisi kebenaran dan keselamatan

Jahiliah pun runtuh,pada sebuah kebesaran peradaban yang dibangun atas tangan-tangan Tuhan..



Abu bakar, menjadi yang pertama bersama kebenaran

Umar bin Khattab, dari musuh terjahat menjadi sahabat

Ustman bin Affan, si pemalu yang tak pernah tinggal tuk berperang

Ali bin Abi Thalib, inilah pemuda yang berkorban jiwa raga, demi Rasul utusan Tuhan



Terlukis sudah sebuah zaman denganjutaan warna-warni sejarah

Masih ingatkah tentang mereka…

Ketika Bizantium dan Persia takluk di tangan pasukan Al Faruq

Ketika Umayyah hadir dengan membawa sejuta harapan baru tentang peradaban

Ketika abbassiyyah lahir bersama jejak-jejak imperium yang mendunia diatas kekuasaan

Hingga Baitul Maqdis berhasil direbut oleh pejuang-pejuang islam pasukan Saladdin Sang Pahlawan

Dan konstantinopel takluk pada tentara dan pemimpin terbaik seluruh zaman

Masih adakah mereka hari ini ?



Jika ku tengok kembali di sudut suatu kota

Ternyata disana ada sebuah surau tua yang isinya hanya manusia renta

Kemana pemudanya ?

Maka melihat itu, jiwa pun runtuh, raga pun rapuh

Membayangkan agama ini, tak ada lagi yang peduli

Dimana wahai kau, para pemuda ?

Yang berdiri gagah karena kaki dan tangan masih tegap

Yang masih banyak ruang di otakmu, untuk kau isi

Yang masih sehat raga untuk berjuang



Maka bukanlah saatnya menyalahkan zaman, apalagi Tuhan

Tapi saatnya kita sadar, bahwa kita masih saja duduk diam

Maka bangunlah…

Bagai singa yang lapar tuk memangsa

Bagai badai yang siap tuk menghantam

Atau api yang siap tuk melahap

Bukan untuk menghanguskan atau melunturkan akidah

Namun demi meruntuhkan jahiliah dan kedzaliman

Yang berdiri atas kuasa syetan…


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun