Mohon tunggu...
Politik

Analisis Opini Publik tentang Kronologi Pembunuhan Salim Kancil

22 Oktober 2015   07:26 Diperbarui: 22 Oktober 2015   08:36 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tindakan kriminal yang terjadi pada Salim Kancil dan Tosan seorang aktivis lingkungan hidup menyulut kemarahan bangsa terhadap negara ini. Fajar kurnianto, peneliti pusat studi islam dan kenegaraan (PSIK) universitas pramadina jakarta, melayangkan sebuah opininya yang berjudul

“Salim Kancil Dan Absennya Negara” yang diterbitkan oleh koran KOMPAS merupakan bentuk kemarahan dirinya terhadam abdi-abdi negara indonesia yang membiarkan kapitalisme semakin merajalelah, yang membiarkan kaum borjuis menindas begitu saja dengan sesuka hatinya terhadap kaum proleter merupakan bentuk kelalayan negara ini dalam mengawasi warga negaranya yang selalu menggunakan hukam rimba dinegara hukum yang berlandasan pancasila.

Bahasa Fajar Kurnianto yang mampuh mengetuk kuburan para pahlalwan bangsa ini ia mengatakan dalam opininya bahwa “Negara seperti ada tapi tak ada” sama persis pribahasa arab yang mengatakan “Ujuduhu Kaadamihi”, adanya sebuah Negara sama halnya dengan tidak ada, dalam artian fungsi negara yang berfalsafa pancasila yang terdapat hukum kenegaraan didalamnya tidak difungsikan dengan sebagai mana mestinya, hal ini sunggu sangat mengecewakan bagi bangsa ini dan lebih-lebih bagi para pejuang bangsa (PAHLAWAN).

Di indonesia seolah-olah nyawa manusia tidak lebih terhormat daripada hewan sembelihan, bukan hanya sapi yang digerek menggunakan tampar ketika mau disembelih, Salim-pun di perlakukan seperti itu, bedanya Salim dibunuh menggunakan sitrum dan penyiksaan-penyiksaan diluar kemanusiaan, sangat mahal harganya di negeri yang satu ini untuk menegakkan yang namanya keadilan, karena untuk menegakkan sila kelima itu Salim harus kehilangan nyawanya.

Jika negara tidak menuntaskan kasus tersebut, maka kejadian serupa bisa jadi akan terulang kambali pada orang lain dan hal ini harus dijadikan pelajaran yang berharga bagi suatu negara, lalu apa fungsi Negara kalau yang kuat merupakan raja penguasa hutan dan mengapa harus pancasila yang harus dijadikan dasar hukum, apa fungsi polisi dan lembaga-lembaga hukum lainnya jika tindakan kriminal hanya sekedar dijadikan kabar berita saja. Semuga kejadian yang menimpa salim kancil menjadi bahan efaluasi bersama untuk menegakkan hukum kembali pada relnya, karana hanya itulah solusi untuk kedamayan bersama bagi bangsa yang bebeda-beda ras dan suku. Salim kancil walaupun tidak menerima gaji oleh bangsa ini dia relah mengorbankan nyawanya untuk kesejahteraan bersama, pengorbanannya jangan sampai di siasiakan, dia telah menunjukkan kepada bangsa ini bahwa Salim kancil itu ada, dan adanya benar-benar ada.

By : hirson, ilmu administrasi negara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun