"Via Dolorosa atau Jalan Penderitaan) merujuk pada penggambaran masa-masa terakhir (atau Penderitaan) Yesus, dan devosi yang memperingati Penderitaan tersebut".
"Dari keramaian dan kerumunan orang banyak tepatnya di rumah Pilatus, terdengar bunyi seruling menyeruhkan kidung penderitaan dan nyanyian kecil. sebagai iman katolik mari kita luangkan waktu sejenak untuk melihat kembali, merawat hati yang dikoyak sepi, melihat tingkah yang banyak celah sebelum melangkah jauh, mari berbenah diri"
"Apakah kita lebih baik dari Pilatus, bila kita mengadili sesama dengan syak dan prasangka?
Apakah kita yang telah dipersatukan dalam Ekaristi lebih mementingkan diri kita sendiri daripada keadilan dan kebenaran?
Apakah kita sabar bila ada salah paham yang merugikan kita?
Apakah kita masih bisa mencinta bila dibenci orang?"
"Apakah kita masih sanggup memanggul salib, bila datang kesulitan dan diejek orang? Apakah kita tahan menderita bila sakit, atau kita terus mengeluh saja?"
"Jatuh memang pengalaman yang tidak enak. Lebih-lebih bila disaksikan dan diketahui banyak orang. Apakah kita rela mengakui kesalahan kita waktu jatuh? Ataukah kita menutup kesalahan kita dengan sombong? Apakah kita berani bangun kembali dengan rendah hati, ataukah kita tinggal di lantai saja karena malu?"
"Setia kepada orang yang kuat dan berkuasa, itu lebih mudah daripada setia kepada teman yang namanya jelek dan dimusuhi banyak orang. Namun kesetiaan ini yang dibutuhkan seseorang untuk tetap bertahan pada cita-citanya. Beranikah kita setia dan mau bersatu dengan yang kecil, lemah, miskin dan cacat? Apakah kita yang telah dipersatukan dalam Ekaristi mau diutus untuk berbagi?"
"Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu, demikian kamu memenuhi hukum Kristus”, kata Santo Paulus. Saling menolong dan berbagi adalah kata-kata yang mudah diucapkan namun tidak mudah dilaksanakan. Apakah kita masih mempunyai hati yang mau berbagi untuk pengemis yang lapar, orang yang berduka, teman yang terlalu banyak beban; ataukah hati sudah menjadi benteng yang tertutup? Bantuan, meski kecil, sangat berarti bagi yang membutuhkannya. Mari berbagi".
"Disekitar kita ada orang yang butuh bantuan. Karena lapar, sakit, jadi korban persaingan, fitnah dan sebagainya; apakah kita berani membantu ataukah kita takut diejek, dicemooh, diasingkan, karena mau melibatkan diri dan berbagi dalam permasalahan sosial?"
"Dengan enak kita jatuh kembali dalam kesalahan dan dosa yang sama. Kita tidak tekun untuk bertahan dalam niat baik. Tuhan tidak suka dengan orang yang puas dengan diri sendiri. Masih banyak yang harus kita bereskan dalam diri kita, dalam keluarga, dalam masyarakat dan negara kita. Masih ada banyak soal untuk mewujudkan kesejahteraan antar kita".
"Tuhan menunjukkan betapa Ia lebih menghargai karya dan amal daripada kata-kata dan airmata yang mengharukan. Lebih baik kita merubah diri daripada menangisi dosa kita. Tidak cukup kita menangis bersama orang lain; kita harus juga membuka jalan bagaimana ia dapat keluar dari kesusahannya".
"Kita pun belum sampai tujuan. Adakalanya kita merasa semua kurban nampak sia-sia, sehingga semangat kita padam. Namun yang harus diingat adalah tidak ada derita tanpa arti bagi orang yang percaya kepada Kristus"
"Apakah kita berbuat lebih baik bila kita menghina orang lain, menceritakan kelemahan orang lain? Apakah kita tidak menghina tuhan, bila kita kurbankan kemurnian badan kita? Tuhan menderita karena kita tidak punya perasaan malu".
"Kita pun sering terikat pada manusia, pada suatu tugas yang tidak enak, maka kita lari daripadanya. Namun menjadi pengikut Yesus berarti ikut dipaku di salib. Sanggupkah kita menyelesaikan tugas perutusan kita? bukankah kita diutus untuk berbagi?"
"Ketaatan Tuhan Yesus inilah yang mendatangkan penebusan dosa bagi manusia. Berkurban itu memang pahit, bila ditanya “mengapa”?, namun membahagiakan bila dilaksanakan dengan ikhlas. Kurban Kristus adalah jaminannya. Percayakah kita bahwa jalan salib apa pun bagi kita menjadi jalan bahagia? Percayakah kita bahwa kurban mana pun membawa berkat bagi kita? Itu semua berkat salib Kristus"
"Kita pun didampingi Maria baik dalam suka mau pun duka, baik dalam hidup mau pun dalam kematian. Apakah kita pun sabar mendampingi sesama yang menderita? Apakah kita yang telah dipersatukan dalam Ekaristi dan mau diutus untuk berbagi?"
"Kalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tinggal sendirian! Namun bila ia mati, ia berbuah banyak.” Bagi kita orang Kristen, maut tidak boleh menakutkan; bila kita mengikuti Yesus pada jalan salib hidup kita, maka Ia akan menyediakan pula bagi kita hari Paskah yang cerah".
"kerelaan Yesus mengesampingkan otoritas ilahi-Nya untuk menyediakan jalan keselamatan melalui pengorbanan-Nya".
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H