Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan suatu tuntunan hidup bagi masyarakat terutama anak-anak agar kelak memiliki persiapan kepentingan hidupnya baik dalam hidup bermasyarakat maupun berbudaya. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya pendidikan memiliki dua fokus utama, yaitu pendidikan pikiran berfokus pada pelatihan keterampilan berpikir dan pendidikan kultural/budaya berfokus pada pengembangan kecerdasan batin serta akal dan budi anak. Agar hal tersebut dapat kontinuitas, konvergen, dan konsentris, Ki Hajar Dewantara mencetuskan sistem among yang memandang pendidikan sebagai sarana pemberian contoh baik dan buruk tanpa mengambil hak peserta didik agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang merdeka sesuai dengan kodratnya.Â
Salah satu contoh produk budaya yang dapat menjadi sarana atau media pemberian contoh dan penanaman nilai-nilai budi pekerti serta kebudayaan pada anak adalah wayang topeng malangan yang merupakan budaya khas Malang. Terdapat beberapa nilai-nilai luhur dalam kesenian wayang topeng malangan yang selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain :Â
1. Nilai ReligiusÂ
Fungsi awal dari Wayang Topeng Malangan adalah sebuah ritual yang bersifat keagamaan. Nilai religius dasar dalam Wayang Topeng Malangan diperkuat dengan berbagai tindakan ritual yang mengiringi setiap penampilan dari para penari Wayang Topeng Malangan, salah satunya adalah keharusan berpuasa sebelum tampil ataupun penyucian topeng yang digunakan karena meyakini bahwa topeng tersebut adalah manifestasi dari kehidupan dimasa lalu. Selain itu, terdapat doa khusus dan sajen yang harus disiapkan dalam pelaksanaan Wayang Topeng Malangan yang keseluruhan tindakan ini terkait dengan pembentukan mentalitas dan kesadaran serta penghayatan akan aspek makrokosmos (jagad gede) dan mikrokosmos (jagad cilik).Â
2. Nilai MoralÂ
Nilai Moral Wayang Topeng Malangan mengandung nilai-nilai moral dari masyarakat yang memangkunya karena wayang topeng ini telah menyatu dengan masyarakatnya sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat. Nilai-nilai moral yang disebut sebagai tuntunan dapat ditemukan pada lakon Panji yang ditampilkan pada Wayang Topeng Malangan. Salah satu dari lakon Panji tersebut adalah lakon Panji Reni yang didalamnya mengandung nilai-nilai tentang cinta kasih, kesetiaan, ketaatan anak pada orang tua, istri pada suami, dan kejujuran (Estuvitasari, 2009).Â
Dari uraian di atas, penerapan wayang topeng Malangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan tokoh-tokoh atau figur-figur yang terdapat dalam kisah pewayangan wayang topeng malangan. Peserta didik dapat melakukan pembelajaran dengan belajar menulis teks deskripsi dari tokoh wayang tersebut. Selain itu, peserta didik dapat memperoleh wawasan baru terkait pembelajaran tentang kehidupan atau nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh-tokoh pewayangan. Kemudian peserta didik dapat menceritakan hasil teks deskripsi yang telah selesai ditulis. Lalu teman lainnya menanggapi hasil tulisan yang telah dibuat tersebut serta menyampaikan nilai-nilai apa saja yang dapat diteladani dan pembelajaran yang didapat dari tokoh yang didekripsikan tersebut. Melalui kegiatan menceritakan dan saling menanggapi, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan komunikasinya. Memanfaatkan kisah pewayangan menjadi konten pembelajaran di kelas dapat meningkatkan keterampilan kritis peserta didik, karena dapat memantik peserta didik untuk menganalisis dan memikirkannya lebih mendalam agar dapat menentukan makna dan mengetahui maksud dibalik kisah pewayangan yang dibaca atau disaksikan.Â
Kegiatan menyaksikan pagelaran atau pertunjukkan wayang topeng malangan dapat membantu peserta didik menjelajahi budaya dan sejarah Indonesia, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang budaya lokal. Penerapan dalam kegiatan pembelajaran lainnya, dapat dilakukan dengan menggunakan naskah cerita pewayangan pada wayang topeng malangan sebagai media pembelajaran untuk peserta didik memahami watak-watak tokoh dalam pemeranan wayang topeng malangan. Selain itu melalui naskah tersebut peserta didik dapat mempelajari naskah pementasan sekaligus dapat memahami nilai-nilai luhur budaya kearifan lokal yang termuat di dalamnya. Pegelaran wayang topeng malangan dapat dijadikan sebagai Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) untuk peserta didik, karena dapat melatih kompetensi sosial budaya dan kreativitas anak. Melalui pagelaran, peserta didik dapat saling bekerja sama untuk melakukan latihan penampilan dan persiapan untuk melaksanakan pagelaran sehingga nilai-nilai gotong royong yang merupakan salah satu profil pelajar pancasila dapat diterapkan oleh peserta didik. Selain itu, melalui pagelaran dapat melatih kemandirian dan kreativitas peserta didik. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H