Mohon tunggu...
HiQudsStory
HiQudsStory Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer, Full time Blogger

Pemilik blog https://hiqudsstory.com dan https://mlaqumlaqu.com. Akun instagram @hiquds, twitter @hi_quds

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menaikkan Prestige Sastra Horor sebagai Bagian dari Budaya

7 Agustus 2024   23:16 Diperbarui: 7 Agustus 2024   23:18 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembacaan puisi oleh Bayu Sulaeman, Elisa Koraag,dokpri.

Sastra horor yang identik dengan hal-hal ghaib, menakutkan bahkan eksploitasi sensualitas perempuan hingga menjadikan sastra horor sastra kelas rendah.

Padahal sastra horor sarat dengan cerita yang berlatar belakang kebudayaan. Di Indonesia sendiri ada banyak cerita legenda yang berbalut cerita horor. Unsur klenik dan horor ini pasti ada dalam cerita legenda masyarakat kita.

Pada acara Diskusi Meja Panjang yang digelar di Aula lantai 4, Gedung Ali Sadikin, Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat ini para narasumber yang hadir memberikan paparan dan pendapatnya tentang Sastra Horor di masyarakat kita.

Acara yang diadakan pukul 14.00 pada Jumat (26/7) ini menghadirkan Yon Bayu Wahyono sebagai Pembicara Utama. Beliau menjelaskan keberadaan sastra horor bahkan sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan yang berkuasa di bumi Nusantara ini.

Yon Bayu, Pembicara Utama,dokpri.
Yon Bayu, Pembicara Utama,dokpri.

Kehadiran makhluk gaib disinyalir sebagai bala bantuan bagi para pemimpin pada saat itu. Oleh sebab itu berbagai upacara sebagai bentuk mempercayai keberadaan mereka juga dilakukan, seperti upacara Larung yang memberikan sesembahan kepada para penguasa lautan.

Adapun keberadaan sastra horor dalam film yang lebih sering mengeksploitasi ketakutan dan bahkan sisi sensualitas tubuh perempuan dikarenakan adanya kecenderungan penonton yang menyukai hal-hal tersebut. 

Perlu ditegaskan bahwa cerita horor merupakan bagian dari budaya bangsa yang mau tidak mau harus diterima oleh semua kalangan. Namun demikian jangan sampai cerita horor ini menjadi sarana pembodohan masyarakat.

Hal inilah yang membuat sastra horor dalam film jadi dilirik sebagai karya kelas rendahan. Padahal apabila dari sisi penulisan naskah dibuat dengan angle yang berbeda tidak dengan mengeksploitasi ketakutan dan atau sisi sensualitas perempuan tentu akan membuat lebih berkelas.

Penulis dengan Ni Made Sri Andani, Pembicara Pendamping, dokpri
Penulis dengan Ni Made Sri Andani, Pembicara Pendamping, dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun