Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober lalu menjadi momen diresmikannya pembukaan 100% Manusia Film Festival yang bertempat di IFI (Institut Francais Indonesia), Jalan Thamrin, Jakarta. Festival yang diadakan secara hybrid ini mengambil tema "Changemakers" yang dimaksudkan untuk dapat mengubah prespektif masyarakat akan isu-isu Hak Asasi Manusia.
Dalam malam pembukaan 100% Manusia Film Festival ini hadir Rain Cuaca selaku Festival Director, Charlotte Esnou sebagai Cultural Attache of Institut Francais Indonesia, Phillip Roessl sebagai Deputy Head of Mission of Austrian Embassy, dan juga Andri chung sebagai Festival Ambassador.Â
Perhelatan 100% Manusia Film Festival ini juga menghadirkan aneka kegiatan seperti talkshow, pembacaan puisi, diskusi buku juga musik etnik yang menghadirkan seniman-seniman muda berbakat. Bukan itu saja, akan hadir juga pengecekan kesehatan fisik dan mental di 100% Manusia Film Festival, serta sesi curhat bersama psikolog.
Film Eismayer, cinta dan maskulinitas
Film Eismayer besutan sutradara David Wagner yang memenangkan Best Film Grand Prize Venice International Critics Week di Venice Film Festival 2022 ini menjadi film pembuka di malam pembukaan 100% Manusia Film Festival. Film yang berlatar belakang pendidikan ketentaraan ini menceritakan tentang kisah cinta yang pelik antara letnan militer dengan anak buahnya.
Untuk masyarakat kita, jenis percintaan sejenis antara Letnan Eismayer (diperankan oleh Gerhard Liebmann) dengan anak buahnya Falak (diperankan oleh Luka Dimic) ini terlihat tidak biasa.Â
Namun berbeda dengan masyarakat Eropa, yang bahkan di beberapa negara melegalkan pasangan sejenis. Namun bukan berarti setiap pasangan sejenis akan berani terbuka tentang jati diri hubungan percintaan mereka.
Begitu juga dengan yang dialami oleh Eismayer, di satu sisi dia merasa tertekan dengan keadaan dirinya saat berada di antara anak dan istrinya. Tapi di sisi lain dia juga ingin orang mengetahui tanpa harus berpura-pura.Â
Eismayer harus menutupi keadaan dirinya yang tidak mencintai istrinya. Namun setelah bertemu Falak yang secara terbuka mengatakan tentang dirinya yang seorang homo dan bahkan menyukai dirinya, di sinilah Eismayer mulai berpikir bahwa tidak seharusnya dia menutupi jati dirinya.