Ngos-ngosan, itu yang dirasakan Wati saat naik tangga selama beberapa bulan terakhir ini. Selain sesak nafas saat naik tangga, Wati juga merasa lebih mudah lelah akhir-akhir ini. Dia sudah memeriksakan diri ke dokter, dan didiagnosa Asma, tapi setelah pengobatan, ternyata gejala yang ada membaik sebentar, kemudian tetap berlanjut dan makin parah.
Dokter yang lain lagi mengatakan Wati kegemukan, sebaiknya dia melakukan diet agar berat badannya turun dan tidak ngos-ngosan lagi. Hal inipun sudah dilakukan Wati hingga turun 5kg, tetapi tetap tidak ada perbaikan.
Watipun ke RS provinsi dengan harapan alat-alat diagnosanya lebih lengkap, disana dia didiagnosa TBC dan mendapatkan pengobatan 6 bulan, ternyata inipun tetap tidak mengurangi gejala sesak nafas yang dia rasakan.
Wati bingung apa yang terjadi pada dirinya, semakin lama sesak nafas itu bukan hanya terjadi saat naik tangga saja, tetapi juga saat aktifitas fisik lainnya. Hingga suatu saat dia melihat sebuah poster di RS berjudul "Hipertensi di Paru?". Wati-pun merasa gejala-gejala yang ada di poster itu hampir sama dengan apa yang di alami, dan diapun segera memeriksakan diri ke Dokter Jantung.
Setelah dilakukan USG Jantung, akhirnya Dokter Jantung mendiagnosa Wati dengan Hipertensi Paru, sebuah kondisi dimana terjadi tekanan darah tinggi di pembuluh darah paru yang terhubung ke jantung, sehingga menyebabkan pasien merasakan gejala-gejala gagal jantung seperti mudah lelah, sesak nafas saat aktifitas/naik tangga, kaki bengkak, dsb.
Wati shock, dia belum pernah mendengar Hipertensi Paru, apalagi dokter menjelaskan ini adalah kondisi yang langka dan fatal, dimana belum ada obat yang menyembuhkan.
Tetapi bagaimanapun Wati tetap bersyukur, karena akhirnya masa pencarian penyebab sesak yang di alami selama ini akhirnya berakhir, diagnosa telah tepat. Meski belum ada obat yang menyembuhkan, tetapi sekarang sudah tersedia obat-obatan yang dapat membantu kondisi Hipertensi Paru stabil.
Setelah mendapatkan diagnosa dan pengobatan yang baik dan benar, kondisi Watipun berangsur pulih, dia dapat beraktifitas kembali meskipun tetap harus dibatasi dan diimbangi dengan istirahat yang cukup.
Banyak sekali "Wati-Wati" / pasien Hipertensi Paru lain yang belum terdiagnosa di Indonesia. Mereka mengalami sesak nafas saat aktifitas/naik tangga, tetapi tidak/salah diagnosa hingga bertahun-tahun.
Prevalensi Hipertensi Paru di dunia adalah 1:10.000, dengan kata lain, bila jumlah penduduk di Indonesia 250 juta, maka potensi terdapat minimal 25 ribu pasien di Indonesisa. Suatu jumlah yang tidak sedikit, mengingat Hipertensi Paru sangat fatal bila tidak segera didiagnosa dan diobati dengan benar.
Bila Anda/teman/keluarga Anda mengalami gejala sesak nafas saat aktifitas/naik tangga, sudah diobati dan tidak kunjung sembuh, waspadalah akan Hipertensi Paru dan segeralah periksa ke Dokter Jantung. Hipertensi Paru hanya dapat didiagnosa minimal dengan dilakukan USG Jantung (Echocardiografi).