Dalam rangka program kerja PPGJK, Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta menindak lanjuti penyelenggaraan sosialisasi Zero Foodwaste di SDN 1 Nagrikidul yang dilaksanakan pada 14 November 2024 dengan mengadakan pembuatan komposter dikelas 6. Kegiatan komposter dilaksanakan dalam rentan waktu 3-12Â Desember 2024.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian siswa akan pentingnya pengelolaan sampah organik rumah tangga sebagai bahan utama pembuatan kompos seperti sisa sayuran, buah-buahan, Â daun kering, sekam, cangkang telur, dan sampah lainnya sekaligus memberikan edukasi tentang Zero Foodwaste kepada siswa juga mengurangi sampah organik rumah tangga dan menghasilkan pupuk kompos organik yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman di kebun P5 setiap kelas di SDN 1 Nagrikidul.
Proses pembuatan komposter di SDN 1 Nagrikidul dilakukan dengan pembagian kelompok di setiap kelasnya yang didampingi oleh Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta yang sedang melaksanakan kegiatan Program Penguatan Profesi Kependidikan (P3K) . Setiap kelompok diminta untuk membawa alat dan bahan pembuatan komposter, diantaranya:
1. Galon bekas
2. Keran air
3. Selotip Pipa Keran
4. Pisau
5. Lakban
6. Lem Tembak
7. Sampah sisa makanan rumah tangga (sisa sayuran, buah-buahan, Â daun kering, sekam, cangkang telur, dan sampah lainnya)
8. cairan EM4
Setelah menyiapkan alat dan bahan, siswa mulai melakukan proses pembuatan komposter dengan langkah-langkah berikut ini:
1. Galon dibelah menjadi dua yang kemudian difungsikan sebagai tempat penyimpanan sampah
2. Bagian bawah galon dipasang keran
3. Menyusun lapisan limbah organik di wadah penampungan dengan urutan : Daun kering-sisa sampah-tanah-cairan EM4 (dilakukan seara berulang sampai penuh)
4. Menambahkan bahan pendukung seperti serbuk gergaji atau sekam
5. Memastikan kelembapan dan air rasi komposter terjaga agar proses dekomposisi berjalan optimal.
Dalam rentan waktu 7 -- 14 hari, sampah organik tersebut terurai menjadi kompos yang kaya akan nutrisi. Kompos ini kemudian dijemur untuk menghilangkan zat kimia yang terkandung. Kompos ini kemudian siap digunakan.
Program ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk turut berkontribusi dalam menjaga lingkungan melalui pengolahan sampah organik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H