Mohon tunggu...
Hindun Suaidah Dini Nasution
Hindun Suaidah Dini Nasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Bandung

Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perempuan Ulama, Tabu 'kah?

20 Juni 2023   08:00 Diperbarui: 20 Juni 2023   08:00 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin dimana setiap kita memiliki hak untuk menyampaikan dakwah. Hak tersebut tak terkecuali hanya untuk kaum lelaki saja, isu tentang keperempuanan yang semakin kompleks mendorong ulama perempuan untuk terjun langsung dan melihat realitas di lapangan. Namun sering kali keterlibatan perempuan dalam dunia dakwah dianggap bukanlah suatu hal yang besar dan tidak berdampak. Perempuan masih erat kaitannya dengan stigma tak berdasar yang menganggap bahwa perempuan merupakan mahluk yang lemah baik secara fisik maupun intelektualnya. Perempuan kerap kali berada dalam kungkungan perkerjaan domestik yang malah semakin menambah beban ganda dan dianggap tidak cukup mumpuni dalam bidang apapun, dakwah salah satunya.

Al-Quran menjadi pedoman yang menuntun kita untuk terus berbuat adil selama hidup di dunia. Semua hal yang terjadi dirumuskan dengan memerhatikan aspek keadilan sehingga tidak akan menyuburkan praktik diskriminasi. Namun keadilan yang diharapkan masih dibatasi karena dianggap masih banyak pertimbangan dan entah siapa yang merumuskannya. Keadilan itu sendiri bermakna proporsionalitas, jika memiliki kapasistas maka siapapun boleh boleh saja. Perempuan turun langsung ke panggung dakwah bukan untuk menyaingi kehadiran ulama laki-laki melainkan untuk memberikan keseimbangan yang sesuai dengan proporsinya masing masing, inilah yang dimaksud dengan keadilan. Tak dipungkiri juga kehadiran ulama perempuan akan menjadi tonggak untuk lahirnya ulama ulama perempuan yang lain.

Sejarah membuktikan kehadiran perempuan ulama di Indonesia sudah ada sejak dahulu, namun untuk eksistensi dan kepopulerannya baru saja dirasakan saat ini dengan slogan emansipasi perempuan yang sering digembor gemborkan. Rahmah El Yunusiyah dari Padang Panjang, Nyai Khairiyah Hasyim dari NU, Teungku Fakinah dari Aceh, Fatimah dari Banjarmasin merupakan sejumlah nama bukti dari hadirnya ulama perempuan sejak dulu. Mereka telah menciptakan banyak karya yang dapat menjadi rujukan berbagai masalah ibadah hingga saat ini. Perempuan ulama seperti Nyai Khairiyah Hasyim yang merupakan putri kedua dari pendiri NU adalah guru dari para ulama Indonesia seperti Hadratusyekh K.H. Hasyim Asy'ari dan kakek Gus Dur.

Saat ini eksistensi ulama perempuan sudah diakui dan diharapkan semakin banyak keberadaannya. Nama nama besar seperti Mamah Dedeh, Ustadzah Oki Setiana Dewi, Ustadzah Halimah Alaydrus turut menghiasi dunia dakwah di Indonesia khususnya. Hari ini kita sangat membutuhkan kehadiran ulama perempuan, bukan untuk menyaingi apalagi menjatuhkan. Ulama perempuan yang bergelut dalam bidang dakwah diharapkan dapat bersama sama membangun keluarga, masyarakat, bangsa dan negara demi terwujudnya cita cita bersama. Bangunan relasi antara laki laki dan perempuan ialah bangunan relasi kesalingan, resiprokal, dan tabadul sebagaimana yang sudah diajarkan melalui kita suci Al-Quran.

Lahir sebagai perempuan bukan berarti membatasi individu tersebut untuk terus belajar dan berproses pada bidang keahliannya masing masing, hadirnya perempuan di tengah laki laki akan membantu untuk menciptakan keadilan yang sesuai dengan kapasitasnya masing masing. Begitu juga dengan hadirnya prodi prodi keislaman di Perguruan Tinggi membuktikan bahwa Negara ikut andil dalam pembentukan ulama di indonesia. Laki-laki dan perempuan akan saling mengandalkan, belajar, bertukar pikiran, saling mengingatkan sehingga akan dapat bersama sama menciptakan dunia yang aman dan nyaman untuk semua mahluk Allah.

Hindun Suaidah Dini Nasution
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun