Mohon tunggu...
Deni Fauzi
Deni Fauzi Mohon Tunggu... -

Golongan darah O dengan segala kelebihan dan kekurangannya dan sangat peduli dengan isu sosial.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Ahok Tolong Kurangi Marah-marahnya

26 Februari 2015   16:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:29 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai warga Jakarta, saya sangat kasihan dan salut dengan Pak Ahok, Gubernur DKI Jakarta. Sekilas, mungkin jabatan Gubernur itu adalah jabatan yang sangat elite. Sangat elite dalam arti, diperlukan kepercayaan rakyat yang luar biasa agar seseorang dapat terpilih dan dipercaya untuk menduduki posisi tersebut. Dan kita rakyat Jakarta mempercayakan posisi tersebut kepada Bapak Basuki Tjahaja Purnama untuk menjadi Gubernur ketika kita merelakan Pak Jokowi menjadi Presiden.

Kenapa saya merasa sangat kasihan dan sekaligus salut terhadap beliau, karena dibalik semua keuntungan menjadi seorang Gubernur, tekanan yang beliau hadapi juga luar biasa. Saya dapat merasakan rasa frustrasi beliau sebagai seorang yang berlatar belakang profesional harus bekerja dengan oknum jajaran dan sumber daya manusia yang sudah bertahun-tahun terbiasa bekerja lambat, bekerja dengan moto "kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah" dan memberikan laporan asal bapak senang. Kemudian belum lagi the endless battle dengan pihak DPRD yang sepertinya selalu menunggu kesempatan untuk menjatuhkan beliau dengan alasan-alasan yang menurut saya sangat tidak masuk akal dan seringkali sangat personal - seperti menyinggung keyakinan dan kesukuan.

Sebagai warga Jakarta, saya senang dan bangga melihat masih ada pemimpin seperti Pak Ahok yang benar-benar peduli dan memperjuangkan rakyatnya. Tapi dengan segala hormat dan salut saya kepada beliau, saya juga harus bilang kalau saya merasa sangat capek dengan beliau yang sepertinya selalu emosi dan marah-marah terus.

Saya pikir sudah waktunya Pak Ahok untuk mengurangi emosinya dan bertindak lebih strategis. Tidak semua masalah dapat selesai dengan emosi, marah-marah atau mengajak berkelahi. Yang saya takutkan adalah , jika kebanyakan marah maka harapan kita agar anak buah atau orang menjadi takut dan kapok kemudian memperbaiki kesalahan mereka tidak akan terjadi. Kebetulan saya pulang setiap hari dari kantor selalu naik taxi dan didalam taxi saya ngobrol dengan supir taxi mengenai situasi yang terjadi di Jakarta. Seringkali komentar yang saya dengar mengenai Pak Ahok adalah, kalau Pak Ahok marah-marah terus, anak buahnya hanya akan mendengar masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri dan akhirnya jadi kebal. Karena saya belum pernah ketemu dengan Pak Ahok jadi saya tidak tahu apakah ini strategi beliau atau memang karakter beliau yang sudah seperti itu, tapi menurut saya sudah waktunya beliau mengevaluasi apakah cara seperti ini efektif atau tidak.

Tindakan yang tegas tidak harus disertai kemarahan atau emosi. Saya tahu kalau bicara lebih mudah daripada tindakan tapi saya berharap Pak Ahok dapat mengalihkan emosi tersebut menjadi sesuatu yang strategis dalam menghadapi permasalahan dan orang-orang yang sulit. Kemudian saya harap Pak Ahok ingat kalau Pak Ahok punya sekutu yang luar biasa, yaitu rakyat Jakarta. Jadi perkuatlah persekutuan tersebut dengan lebih banyak berinteraksi dengan rakyat Jakarta yang terdiri dari berbagai macam lapisan dan latar belakang. Saya yakin selama rakyat Jakarta percaya dengan Pak Ahok, tidak akan ada yang dapat menumbangkan Pak AHok dari jabatan Gurbernur.

Mungkin Pak Ahok dapat belajar dari Senior-nya yaitu Pak Jokowi (walaupun Pak Jokowi sekarang juga sedang babak belur). Satu hal yang saya sangat sukai dari Pak Jokowi adalah blusukannya beliau. Cara beliau berinteraksi dengan orang-orang yang menjadi warganya. Benar-benar santai, tidak dibuat-buat dan yang lebih penting mau mendengar. Ketika beliau blusukan, saya merasa benar-benar "diurus" oleh beliau. Bahkan ketika ada hujan badai, banjir dan tanggul jebol sekalipun saya tetap merasa aman karena saya tahu pemimpin saya ada diluar sana sedang kehujanan dan memimpin perbaikan tanggul. Mungkin nilai-nilai seperti itu yang dapat dicontoh oleh Pak Ahok. Daripada marah-marah dan emosi melulu. Saya yakin masih banyak rakyat Jakarta yang mendukung Pak Ahok sebagai Gubernur. Saya sendiri tidak melihat latar belakang keyakinan atau kesukuan seseorang. Selama dia amanah, bertanggung jawab dan mau bekerja keras untuk rakyatnya, maka saya akan angkat dia sebagai pemimpin saya.

Saya tahu kemungkinan Pak Ahok membaca artikel ini sangat kecil. Jadi saya harap teman-teman warga Jakarta diluar yang memiliki perasaan yang sama dapat menyebarkan artikel ini. Saya menulis artikel ini karena saya ingin Pak Ahok sukses sebagai Gurbenur dan saya yakin kita semua ingin melihat Jakarta yeng lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun