1 Desember 2022. Trax FM yang telah 22 tahun eksis di angkasa Jakarta dan sekitarnya itu akhirnya menghentikan siaran "analog"-nya. Gelombang 101.4 FM kini dihuni oleh saudaranya, i-Radio ( sebelumnya radio yang berslogan "100% Musik Indonesia ini" bersiaran di kanal 89.6 FM ), yang masih satu grup dengan MRA Media. Hal yang menarik, karena tinggal geser saluran sedikit saja ada radio Bahana 101.8 FM ( dibawah naungan Masima Radio Network ) yang mengusung tagline "Hits Indonesia Terbaik".Â
Dari alinea diatas saja sebenarnya sudah menjadi pembuka artikel yang bisa panjang untuk mengupas seputar pertarungan jaringan radio di ibukota dalam merebut basis pendengar dan tentu kue iklan. Setidaknya sepengetahuan penulis ada "Big Four" jaringan radio swasta yang berkompetisi di Jakarta, selain 2 grup yang sudah tersebut diatas, ada 2 pengelola jaringan radio yang juga patut diperhitungkan, yakni : Mahaka Radio Integra (MARI) dan MNC Radio Networks. Tapi untuk kesempatan kali ini difokuskan pada momentum "pamitnya" Trax FM dulu dech.
Radio berbasis internet sebenarnya bukan hal baru, tokh sudah banyak pengelola stasiun radio yang selain tetap bersiaran secara konvensional lewat pemancar, pula memiliki media streaming dengan kualitas audio lebih jernih dan jangkauan lebih luas. Namun baru Trax FM yang menjadi stasiun radio swasta pertama di Indonesia yang berani memutuskan migrasi penuh dari saluran FM ke platform online digital.Â
Fenomena radio berhenti mengudara ini, mengingatkan penulis akan kutipan ini. Bila sebelumnya ada istilah "video killed the radio star", nach kini yang perlahan ikut "membunuh" radio juga adalah aplikasi streaming. Adanya aplikasi musik digital semacam Spotify, Apple Music dan YouTube Music dimana penggunanya bisa memutar lagu yang mereka inginkan segera tanpa harus menunggu jam rikues menjadikan alternatif hiburan yang sulit terhindarkan.
Btw, sedikit kilas balik tentang Trax FM ini. 1 Juli 2000, cikal bakal radionya anak Trax ( sebutan untuk pendengar Trax FM ) ini adalah MTV On Sky di gelombang 101.6 FM ( nach buat generasi 80-90an pasti tahu bahwa saluran ini sebelumnya dimiliki oleh radio SK alias Suara Kejayaan yang punya semboyan radio buat pendengarnya untuk "Senyum dan ketawa" ). Brand MTV yang dilekatkan untuk penamaan stasiun radio ini merupakan yang pertama untuk region Asia Pasifik kala itu. Namun sekitar lima tahun berikutnya, tepatnya di tahun 2004 di saat ada penataan gelombang radio di Jakarta, stasiun radio dengan segmentasi anak muda ini berganti nama menjadi Trax FM di saluran 101.4 FM.
Dalam perkembangannya, Trax FM sempat melebarkan jaringannya, ke 2 kota besar, yakni di Semarang ( 90.2 FM ) dan Palembang ( 95.1 FM ). Beberapa alumni penyiar yang sempat wara wiri di depan mikrofon siaran radio ber-tagline "Hits yang kamu suka" ini diantaranya : Anindyo Baskoro ( Nino RAN), Nirina Zubir, Indra Bekti, Kemal Mochtar, Sammy Bramantyo ( Lawless & Seringai), Natasha Abigail, Jimmy Buluk, dan influencer seperti Gita Bhebhita dan Reza Chandika.
Segmentasi pendengar radio Trax FM ini menyasar pada kisaran pendengar usia muda 18 -- 25 tahun, yach kira-kira dengan ukuran sekarang tengah masuk kategori generasi Z yang energik dan sudah melek gadget. Untuk kalangan orangtua, mungkin perangkat radio konvensional masih jadi andalan untuk sekadar mendengarkan musik kesayangan atau berita seputar lalu lintas. Sementara bagi kalangan milenial, keberadaan radio tampaknya bukan lagi menjadi trend setter dalam mencari musik favorit maupun update informasi.
#TraxTanpaBatas. Demikian semangat perubahan yang diusung Trax FM dalam menjelajahi dunia radio streaming. Tentu saja tidak benar-benar "tanpa batas" yach, karena untuk menikmati siarannya tetap perlu akses internet, he3... Sama seperti peristiwa siaran tv analog dimatikan dan pemirsa layar kaca "dipaksa" pindah ke siaran digital ( terlebih harga set top box jadi mahal ), pastinya semua perlu proses adaptasi. Apakah strategi Trax FM ini akan berhasil, kiranya perjalanan waktu yang akan membuktikannya.
Sebagai penutup artikel ini, penulis jadi teringat kutipan bijak berikut : "It is better to be unique than to be the best. The best makes you number one. But unique makes you the only one."
Disclaimer :Â
Weekly-chart yang saya buat ini bersifat subyektif adanya ( tanpa pengaruh endorse label maupun tim manajemen artis manapun ), jadi kalau ada beberapa tembang favorit anda yang mungkin tidak ada di daftar tangga lagu ini, harap maklum adanya. Namun tiap minggunya, saya tetap pantau juga beberapa chart radio yang menjadi referensi materi dalam meng-update penyusunan lagunya. Terima kasih.