2013 : # Merekam industri musik
Apa kabar industri musik rekaman nasional kita ? Berkaca dari ditutupnya outlet toko musik legendaris Aquarius Mahakam, tampaknya memang recording label kita tak bisa menghindari lagi untuk menempuh penjualan lagu secara digital. Mengharapkan masyarakat dididik untuk membeli ( baca : mengunduh ) secara legal mungkin tidak bisa dalam waktu singkat, tapi itu harus segera dimulai bila tak mau industri rekaman berdarah-darah terus. Dengan akses internet yang kian cepat dan terjangkau, seharusnya tidak ada kendala dalam jalur distribusi online, problemnya adalah ketegasan (perangkat) hukum.
Sudah berulangkali ada seruan untuk memberantas pembajakan, namun masih sebatas normatif di ucapan belum di tindakan, padahal aturan hukumnya sudah ada. Pada akhirnya sebuah lagu bukan lagi dianggap sebagai pencapaian seni yang mesti dihargai karya ciptanya, namun tools pemasaran agar sang musisi mendapat panggilan manggung. Label rekaman yang tadinya fokus sekedar memproduksi album, kini harus memasuki ranah manajemen artis pula agar bisa survive.
Kita tidak lagi mendengar pencapaian prestasi seperti : oh si penyanyi A atau grupband Z mendapatkan penghargaan multi platinum karena berhasil menjual ratusan ribu hingga jutaan copy. Atau prestise lagu si artis berhasil menduduki chart radio2 bergengsi selama beberapa minggu. Tolok ukurnya berganti menjadi bahwa tembang si artis sukses bertengger di peringkat papan atas RBT operator selular tertentu. Btw, omong2 soal layanan RBT, cuplikan lagu hits apa yang pembaca pasang belakangan ini di handphone sebagai nada dering ?
Kecenderungan yang penulis amati belakangan ini, beberapa label rekaman pun kini merambah bisnis EO konser artis dan memproduksi film berikut soundtracknya. Untuk mendukung line-businness baru ini, mereka memperkuat basis penggemar dengan eksis berinteraksi di jejaring sosial sampai chat forum messenger. Sesuatu yang mungkin dulunya hanya sebatas bikin fansclub, tapi kini adalah memelihara pasar industri itu sendiri agar tidak tergerus oleh banjirnya para artis2 pendatang baru di kemudian hari.
2013 : # Label & artist management
Diantara duel SM*SH versus CherryBelle, ada Coboy Junior dan JKT48 yang berhasil mencuri ceruk pasar boyband/girlband tanah air. Mengenai JKT48, kiprah girlband yang bersaudara dengan AKB48 ini sukses merebut penghargaan Yahoo! Indonesia sebagai sosok yang memiliki komunitas "die-hard fans" yang menggurita dan luar biasa eksis. Lihat saja dengan jumlah personel grup mereka yang lumayan terbilang "keroyokan" yang bagi sebagian orang membingungkan, tokh justru menjadi sumber inspirasi buat dikomersilkan lewat penjualan buku profil yang bisa didapatkan bagi para penggemarnya.
Bukan jualan kaset, tapi jualan merchandise. Inilah lahan pemasukan baru yang sepertinya kurang diantisipasi oleh kebanyakan manajemen artis kita. Lihat saja Agnes Monica yang terbilang piawai "menjual" namanya untuk dijadikan model iklan berbagai produk sampai merilis varian parfum dengan brand-nya sendiri, meski yach sori nich langkah awalnya untuk "go international"-nya dengan membuat album di mancanegara sepertinya masih butuh ekstra kerja keras lagi.
Kecenderungan melakukan penjualan cd fisik lewat jaringan minimarket dan restoran fastfood pun belakangan ini dapat dibilang tergolong stagnan. Selain nyaris tanpa ada terobosan baru, cd fisik belakangan ini bukan prioritas kebutuhan bagi pelanggan yang datang ke outlet mereka. Malah bisa jadi untuk sebagian konsumen akan merasa bete kalau tiap berhadapan dengan kasir harus menghadapi tawaran untuk membeli koleksi cd yang konten lagunya pun belum pernah didengarnya. Namun tantangannya adalah dengan semakin bagusnya koneksi internet, alunan lagu tidak lagi sebatas disimpan dalam format audio umum seperti mp3, bahkan tampilan visual videoklip musisi yang tadinya dimaksudkan sebagai materi promo di dunia maya pun kini bisa diunduh dengan mudah sebagai koleksi. Sebuah dilema ?
Meski mungkin tidak terlalu vulgar terendus seperti lakon para artis sinetron, tak bisa dipungkiri ada beberapa manajemen artis yang melancarkan modus "settingan" untuk mendongkrak popularitas penyanyi dan/atau grupband asuhannya dengan cara memunculkan kisah "kontroversial" supaya mendapat liputan luas oleh awak media hiburan. Yang paling mudah tentu memanfaatkan polemik di dunia maya supaya lekas menjadi trending topic, misalnya si penyanyi A punya konflik dengan musisi B dan mengumbarnya di twitter. Bila tergolong "parah", siap2 saja pewarta infotainment akan dengan "senang hati" mengundang mereka yang bertikai untuk tayang di slot programnya. Tapi tetap saja yang paling mengena sebagai senjata ampuh agar sang musisi mendapat tempat di hati penggemarnya adalah : karya2 lagu hits fenomenal mereka.
2013 : # Secercah prediksi 2014
Tahun 2014 kali ini diidentikkan dengan tahun pemilu nasional, tahun pemberlakuan BPJS, tahun bola seiring Piala Dunia di Brazil, dan untuk industri musik tanah air : inilah tahun kebangkitan musik dangdut ! Mengapa penulis pakai tanda seru, karena kalau menurut salahsatu judul lagunya Project Pop : dangdut is the music of my country. Yup, saatnya dangdut kembali menjadi tuan rumah dan musik yang dihormati di negerinya sendiri. Syukur2, dangdut bisa jadi komoditas ekspor industri kreatif unggulan selain sinetron2 yang kini banyak tayang di beberapa negara tetangga, he3...
Tahun2 sebelumnya, ranah blantika tanah air dibanjiri oleh genre musik pop melayu sampai boyband/girlband yang mengacu ke K-Pop. Menurut beberapa music director yang penulis ajak sharing bilang bahwa ada peningkatan kiriman materi lagu dangdut dari produser rekaman ke stasiun radionya akhir2 ini. Gejala kembalinya dangdut bakal hapenning tersebut juga penulis rasakan saat menerima banyak artikel press rilis untuk diunggah ke blog jelang tutup tahun 2013 ini.
Booming-nya lagu "Buka dikit joss" yang dilantunkan oleh Juwita Bahar dengan gimmick demam joget yang "diaransemen" oleh Cesar @YuKeepSmile_TTV ( acara yang juga turut mengembalikan popularitas lagu lawasnya bang Rhoma Irama : "Kata Pujangga" ), tak pelak ikut mengerek tembang hits dangdut lainnya yang sudah bikin heboh di daerah2 untuk naik ke level nasional seperti : Kereta malam ( Imelda ), Bang Jali ( Lynda Moymor ), dan Direject aja ( Jenita Janet ). Jadi terkenang sekitar beberapa tahun lalu waktu, saat lagu2 dangdut seperti : "SMS", "Keong racun", "Pacar lima langkah", dan "Alamat palsu" menjadi best seller di kancah bursa nada sambung : )
Prediksi bakal mewabahnya musik dangdut di tahun 2014 ini pun sepertinya kian terdongkrak oleh banyaknya tim sukses para caleg yang akan memakai jasa para penyanyi dangdut tersebut untuk mencairkan suasana kampanye lapangan, mulai merekrut dari yang kelas elite hingga kasta organ tunggal. Numpang curhat dikit : sebenarnya penulis kangen loch dengan genre dangdut konvensional yang mengusung alunan suling dan gendang sebagai instrumen utamanya, bukan yang di-remix koplo ( atau yang dipermak oleh house music ) seperti sekarang, he3...
Jadi apakah anda termasuk yang setuju kalau tahun 2014 adalah : the return of dangdut ? Siap digoyang ngebor, goyang ngecor, goyang gergaji, goyang patah-patah, goyang iwak peyek, goyang itik, goyang oplosan, goyang yang iya-iyalah, dan varian goyang2 lainnya ? Tarik mang ... : )
Â
Â
Bersambung .......
Â
Â
Disclaimer :Â
Weekly-chart yang saya buat ini bersifat subyektif adanya ( tanpa pengaruh endorse label maupun tim manajemen artis manapun ), jadi kalau ada beberapa tembang favorit anda yang mungkin tidak ada di daftar tangga lagu ini, harap maklum adanya. Namun tiap minggunya, saya tetap pantau juga beberapa chart radio yang menjadi referensi materi dalam meng-update penyusunan lagunya. Terima kasih.
Kritik, kontak & kerjasama : jukeboxlist@yahoo.co.id
Â