Dengan begitu istilah berkomunikasi harus dikembalikan pada makna aslinya yaitu bekerja atau bergerak dalam kebersamaan.
Dan, dalam suasana kedekatan seperti ini kecanggungan akibat sekat tatanan sosial semakin tidak dirasakan, sehingga setiap anggota masyarakat merasa setara derajatnya.
Komunikasi seperti ini, selain mampu menularkan semangat, dapat memberikan orang kesempatan untuk menemukan kesadaran agar percaya pada kemampuannya sendiri. Setiap orang akan lebih memilih percaya diri untuk segera sejajar bersama yang lain, daripada cuma menghabiskan waktu untuk mengagumi tokoh dengan jargon 'memihak pada kepentingan rakyat'.
Kembali ke Kabinet Indonesia Maju. Mari asumsikan, bahwa kabinet sudah diisi oleh orang-orang pilihan. Bahkan kali ini orang-orang non-pendukung di Pemilu Presiden 2019 ikut dirangkul.
Namun tetap perlu diingat, bahwa di luar dinasnya mereka juga punya peranan berbeda-beda di masyarakatnya masing-masing.
Contohnya, seorang pejabat bisa sekaligus juga suami atau istri, ayah atau ibu, kakak atau adik, atau anggota partai politik.
[...]. Lalu siapa kira-kira kandidat untuk 'dicopot di tengah jalan'? Sementara ini masih sulit untuk diprediksi.
Tidak aneh kalau peranan-peranan ini mempengaruhi pengambilan keputusan, karena manusia mahluk sosial yang dalam kesehariannya biasa keluar-masuk bermacam-macam sistem masyarakat. Yang harus sedapat mungkin dihindari adalah keputusan yang akhirnya tunduk dan terpengaruh oleh polarisasi ke pihak di luar kabinet.
Mereka ditunjuk untuk berkerja melayani masyarakat seluruh negeri lewat pemerintah. Bila keputusan tunduk pada kepentingan pihak di luar kabinet, maka pemerintah akan menerima dua pukulan berdampak ke masyarakat lebih luas.
Pertama, kehadiran pemerintah cepat atau lambat akan dipersepsikan pilih kasih, hanya menyentuh kelompok tertentu, bukan malah mendahulukan mereka yang saat ini butuh diangkat.
Kedua, turunnya kepercayaan terhadap seluruh pemerintahan. Yang tadinya percaya bisa mulai meragukan dan yang tadinya mulai sedikit percaya dan sudah menaruh harapan, bisa kembali tidak percaya.
Di luar sudah menunggu kelompok-kelompok yang tidak pro Pancasila. Mereka akan kembali dengan buaian betapa damai dan sentosanya masa lampau, dengan tujuan memenangkan sebanyak mungkin hati bangsa ini.