Mereka yang membawa-bawa kata 'pribumi' dalam kesempatan berbicara di muka umum, memberikan kesan sebagai usaha untuk memisahkan dirinya dari masyarakat Indonesia demi menaikan citra diri. Mirip seperti pada masa lalu saat menggunakan sebutan 'pribumi' untuk meninggikan strata sosialnya dengan merendahkan bangsanya sendiri.
Tapi jarang disadari bahwa seruan politik dengan bumbu kata 'pribumi' juga menyerukan perlawanan atas penindasan, yang di masa kini sering diterjemahkan sebagai penjajahan dalam bidang ekonomi. Maka sebagai kelompok yang harus diperangi seolah-olah mereka penjajah adalah mereka yang lebih beruntung perekonomiannya.
Akhirnya orang-orang Indonesia yang mencari peruntungan di dunia usaha akan kena getahnya. Sebagai pengusaha mereka akan segera dianggap selalu lebih beruntung ekonominya dan dengan begitu layak untuk dimusuhi. Mereka akan dikira seperti penjajah yang mengeruk peruntungan di negeri orang lain. Dengan kata lain, penggunakan sebutan 'pribumi' berpotensi memundurkan kemajuan berpikir masyarakat Indonesia kembali ke masa kolonial.
Konsekuensi kepentingan sepihak ini benar-benar harus dibayar mahal, yaitu dengan mengorbankan keragaman atau kebhinnekaan yang selama ini membentuk tanah air dan bumi, yang dipijak bersama, hingga disebut Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H