Mohon tunggu...
himma aulia
himma aulia Mohon Tunggu... Penulis - Student at Airlangga University

Researcher

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Peran Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Mengurangi Nyamuk Aedes Aegypti

16 September 2024   22:24 Diperbarui: 16 September 2024   22:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah menurut istilah kedokteran adalah Dengue Hemorrhagic Fever. DBD merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh virus DEN-1 hingga DEN-4 dan ditularkan oleh nyamuk. Virus ini mengancam kehidupan manusia dan kesehatan global. Sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia berisiko dan terjadi sekitar 20.000 kematian akibat DBD.

Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia yang memiliki angka kejadian dengue lebih dari 120.000 orang. Tempat pertama di duduki oleh Brazil, dimana angka kejadiannya mencapai lebih dari 400.000 orang. Hampir seluruh bagian dari Indonesia, yang merupakan negara tropis, menjadi daerah endemis dengue, yaitu daerah yang biasa terjadi kasus dengue. 2.146 kasus dengue, dimana 17 orang diantaranya meninggal dunia. Hingga minggu ke-17 2024, tercatat 88.593 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapai DBD ada tiga, yang pertama adalah manajemen kasus. Bagaimana peran kita sebagai masyarakat Indonesia agar angka kematian dapat ditekan hingga 1%, kita tentu masih berharap agar angka ini bisa diturunkan dan jangan ada lagi kasus-kasus yang datang terlambat. Hal yang kedua adalah kunjungan pengawasan masih bersifat pasif, dimana laporan masih dibuat berdasarkan dari rumah sakit. Masalahnya adalah kita masih belum dapat mengestimasikan jumlah kasus yang real. Sebaiknya kita semua harus dapat mengambil peran agar deteksi kasus DBD menjadi lebih mudah. Hal yang terakhir dan paling penting adalah pastisipasi masyarakat. 

Kunci utama keberhasilan upaya mengurangi jumlah kasus wabah DBD adalah masyarakat ikut serta secara konsisten menjaga lingkungannya agar tidak terjangkit dengue. Berbagai terobosan oleh pemerintah seperti gerakan 3M plus, jumantik, dan sebagainya telah lama beredar. Namun kenyataannya, masyarakat mudah lupa dan lengah sehingga cenderung bertindak secara reaktif ketika kasus DBD kembali meningkat. Di satu sisi, DBD memiliki pola penularan yang sama setiap tahunnya, yaitu dimulai pada bulan Desember dan mencapai puncaknya pada bulan April. Hal ini terlihat dari adanya pasien DBD di rumah sakit. Misalnya di Rumah Sakit Umum Daerah Tamansari, Jakarta Barat. Berbagai kebijakan tersebut telah dilakukan, namun jumlah kasus DBD mengalami fluktuasi setiap tahunnya, bahkan belum memiliki kecenderungan penurunan.

Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan implementasi kebijakan berbasis masyarakat, diperlukan penggerakan partisipasi masyarakat. Penggerakan partisipasi masyarakat memerlukan dukungan sumber daya dari pemerintah pusat dan daerah seperti asistensi program, anggaran, sarana, prasarana, pengawasan, dan lain-lain. Kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang inovatif. Pada setiap bulan selama periode kasus DBD, perlu dibuat pekan DBD untuk mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya upaya pencegahan yang dilakukan secara rutin. Tidak hanya itu, pemerintah daerah dipandang perlu mengadakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak di wilayahnya dan menetapkan penanggung jawab atau duta DBD di setiap sekolah, komunitas, maupun lingkungan kerja. Selain itu, perlu dilakukan perlombaan antarwilayah terkait lingkungan bersih dan bebas dari jentik nyamuk. Harapan kedepannya adalah masyarakat bisa menerapkan perilaku hidup bersih, sehingga tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang terjangkit DBD hingga menyebabkan kematian.

KATA KUNCI: Aedes, Dengue, Nyamuk

DAFTAR PUSTAKA

Boesri, H., 2011. Biologi dan Peranan Aedes albopictus (Skuse) 1894 sebagai penular Penyakit. Jurnal media neliti, 3(2), pp. 117-125.

F., Pinaria, B. & Tarore, D., 2019. Penyebaran Populasi Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Tidore Kepulauan. Jurnal E-Journal UNSRAT, 9(1), pp. 29-33.

Yuningsih, R., 2024. KEBIJAKAN PENGGERAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN DBD. Jurnal Info Singkat, XVI(7), pp. 21-25.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun