Dengan asumsi efek substitusi lebih besar daripada efek pendapatan, saat tingkat bunga naik, tenaga kerja yang ditawarkan oleh individu akan meningkat. Peningkatan tersebut membuat kurva penawaran tenaga kerja (yang berperan sebagai variabel terikat tingkat bunga upah riil) akan bergeser ke kanan, mengindikasikan peningkatan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan seperti pada Grafik 4.Â
Selanjutnya, pergeseran kurva penawaran tenaga kerja ke kanan akan menyebabkan perubahan pada titik ekuilibrium pasar tenaga kerja: keseimbangan akan berada pada titik temu permintaan dan penawaran dengan employment yang lebih rendah (ditunjukkan pada titik N2). Dari keseimbangan pasar tenaga kerja dapat diturunkan kurva fungsi produksi pada Grafik 5: employment yang lebih rendah mengakibatkan output tenaga kerja yang lebih rendah pula.Â
Saat disusun kurva antara tingkat bunga upah riil dan output tenaga kerja, akan terbentuk kurva penawaran output dalam coordination failure model pada Grafik 6 yang berbentuk konveks terhadap titik origin.Â
Karena kurva penawaran output (Ys) memiliki kemiringan yang negatif, titik potongnya dengan kurva permintaan output (Yd), yang lebih curam daripada Ys, akan menghasilkan dua titik ekuilibrium seperti yang digambarkan Grafik 7.
Pada grafik 7 diatas, kedua titik ekuilibrium dari perpotongan garis Yd dan Ys mewakili ekuilibrium "baik" dan "buruk". Ekuilibrium "baik" pada grafik tersusun atas r2 dan Y2, sedangkan ekuilibrium "buruk" tersusun atas r1 dan Y1 dengan r sebagai tingkat bunga dan Y sebagai tingkat output. Ekuilibrium "baik" mendapatkan namanya oleh karena karakteristik-karakteristiknya yang memang menguntungkan banyak pihak, begitu pula sebaliknya.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa kedua kategori ekuilibrium didorong oleh gelombang-gelombang optimisme dan pesimisme. Dalam model coordination failure, gelombang-gelombang tersebut disebabkan oleh kejadian-kejadian yang sama sekali tidak berhubungan (extraneous events) dengan pokok-pokok ekonomi, seperti teknologi, preferensi, dan pendapatan, yang pada akhirnya "mengakibatkan" siklus-siklus bisnis. Salah satu contoh extraneous event dalam ekonomi terjadi saat memprediksi fluktuasi Produk Domestik Bruto (PDB) dari suatu negara. Dalam memprediksi fluktuasi PDB, akan dimuat unsur-unsur ekonomi, seperti inflasi, tingkat partisipasi tenaga kerja, dan produktivitas.