Oleh: Data Avicenna (Ilmu Ekonomi 2018) dan Kezia Aquiletta (Ilmu Ekonomi 2018), Staf Departemen Kajian dan Penelitian HIMIESPA FEB UGM 2019
Deskripsi Inequality, Labour Standards, dan Kurva Kuznet
Istilah "Yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin" tentu kerap kita dengar. Hal ini tentu bukan omong kosong. Berdasarkan data dari Global Wealth Databook 2016, 1% orang terkaya di dunia memiliki akumulasi kekayaan yang lebih besar daripada 99% lainnya. Perbedaan kekayaan tersebut bahkan terus meningkat sampai beberapa tahun setelahnya, terlebih lagi negara-negara di Asia (Credit Suisse, 2016). Fakta bahwa manusia hidup dalam keberagaman kekayaan sejatinya sudah mendarah daging karena dalam setiap individu, perbedaan kekayaan sedikit apapun itu dapat ditemukan. Namun sebaliknya, perbedaan yang terlalu tajam dalam hal kekayaan perlu dianggap sebagai aib karena berbagai macam penderitaan yang ditimbulkannya. Pembahasan mengenai perbedaan pendapatan, yang merupakan salah satu aspek dari kekayaan, tersebut tidak dapat terlepas dari topik kesenjangan (inequality).Â
Inequality dan pertumbuhan ekonomi (serta tingkat kemiskinan) adalah tiga aspek berbeda yang bersama-sama menjadi bagian dari kesejahteraan (Yusuf, 2018). Pertumbuhan ekonomi dapat menunjukkan daya beli masyarakat dan di saat yang sama dapat menentukan tingkat kemiskinan di suatu daerah sehingga wajar bila kedua faktor ini menjadi aspek kesejahteraan. Namun, bagaimana dengan inequality? Inequality dapat menjadi aspek kesejahteraan yang baik karena dampak perubahannya mampu mempengaruhi perubahan subjective well-being (tingkat kepuasan hidup) dalam sebuah masyarakat (Ngamaba, et. al, 2017). Perlu diingat bahwa inequality dalam pembahasan ini akan terfokus pada distribusi pendapatan (income inequality) saja.
Inequality menjadi penting karena pengaruhnya yang cukup substansial dalam beberapa aspek kehidupan--salah satunya: kesehatan, kebahagiaan, dan fungsi sosial. Korelasi negatif ditunjukkan dalam hubungan inequality dengan kebahagiaan dan kesehatan. Oishi, Kesebir dan Diener (2011) membuktikan bahwa masyarakat cenderung kurang bahagia saat inequality sedang berlangsung, sedangkan Herzer dan Nunnenkamp (2015) menyatakan bahwa pada negara-negara berkembang, tingkat inequality yang tinggi mengakibatkan angka harapan hidup yang cukup rendah. Selain itu, inequality secara tidak langsung dapat menciptakan status-status sosial berdasarkan pendapatan yang diperoleh yang menimbulkan konflik antar masyarakat (Wilkinson dan Pickett, 2009).Â
Menurut European Anti-Poverty Network (EAPN), inequality disebabkan oleh (i) pengangguran atau pekerjaan dengan kualitas yang kurang baik (contohnya gaji yang terlalu rendah atau ketidakpastian jabatan), (ii) tingkat pendidikan dan keahlian yang rendah, (iii) ukuran dan tipe keluarga, (iv) gender, (v) disabilitas atau kesehatan yang buruk, (vi) menjadi anggota kelompok-kelompok etnis minoritas, imigran, atau migran tanpa dokumentasi, dan (vii) hidup di dalam komunitas yang tidak terjangkau atau sangat dirugikan. Sebagian dari faktor-faktor yang telah ditentukan oleh EAPN tersebut memiliki hubungan erat dengan iklim bekerja seorang individu.Â
Oleh karena itu, International Labour Organization (ILO) menyusun standar-standar tenaga kerja berdasarkan prinsip-prinsip internasional, yang disebut labour standards, sebagai upaya untuk mengurangi inequality. Labour standards tersebut memiliki 4 aspek; (1) peniadaan kerja paksa; (2) kebebasan berasosiasi dan hak untuk berorganisasi, serta bernegosiasi secara kolektif; (3) eliminasi eksploitasi pekerja anak; dan (4) anti diskriminasi dalam proses seleksi tenaga kerja, yang dirangkum dalam sebuah istilah bernama Core Labour Standards. Lalu, bagaimana penerapan Core Labour Standards dapat mempengaruhi inequality, khususnya di Asia?
Dalam paper acuan kami, Bazillier dan Sirven (2008) berpendapat bahwa kurva yang memiliki kesamaan bentuk dengan kurva Kuznet dapat mewakili hubungan antara labour standards dan inequality dengan meneliti 90 negara dari tahun 1990 sampai 2000. Kurva Kuznet yang dirujuk oleh Bazillier dan Sirven merupakan suatu kurva yang berbentuk U terbalik dan menunjukkan hubungan antara distribusi pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dapat digambarkan sebagai berikut.
Penelusuran Relevansi Variabel