Mohon tunggu...
Himawijaya
Himawijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat walungan.org

himawijaya adalah nama pena dari Deden Himawan, seorang praktisi IT yang menyukai kajian teknologi, filsafat dan sosial budaya, juga merupakan pegiat walungan.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Kosmos Bekerja

14 Februari 2017   04:49 Diperbarui: 14 Februari 2017   05:22 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon, akar semua ilmu bermula dari pengamatan pola atas fenomena keseharian manusia. Kapan banjir tahunan sungai nil, kapan datangnya rusa, bison yang melintasi jalur migrasi besar. Kapan panen biji dan buah dari pepohonan yang akan diambil manfaatnya. Semuannya mempunyai pola dan urutan tertentu. 

Dan semuanya juga bisa ditarik ke kerangka acuan dari pergerakan benda-benda langit: matahari, bulan, bintang sirius, rasi bintang, dan planet planet. Acuan tersebut menjadi dasar fenomena musim dan iklim, yang kemudian menentukan cara hidup sekelompok manusa: cara bagaimana suatu peradaban mengorganisasikan dirinya.

Apa elemen dasar pola yang teratur ini? Yang dalam bahasa Yunani disebut cosmos. Tentu saja data. Dari sinilah asal mula ilmu astronomi, matematika, sekaligus asal mula huruf dan bilangan. Semuanya diarahkan untuk membaca pola. Dan data data tersebut dituliskan dan dibukukan untuk diketahui dan diwariskan.

Dari cita rasa bahwa semua ada polanya, ada aturannya, manusia lantas bisa menghayati sang Pencipta, sang Pembuat Pola. Penghayatan akan putaran benda benda langit yang benderang, manakala gulita malam tanpa awan, dengan sendirinya membuat manusia tak berdaya, bak zarrah dalam kekuatan maha besar. Sebuah cita rasa spiritual yang hakiki.

Alkisah. Kepler adalah seorang beriman dengan pijakan kuat seperti itu. Bahwa semesta ada aturannya, ada polanya. Dan tesisnya adalah : jarak planet planet (saat itu dikenal 6 planet) ke matahari akan mengikuti pola dari struktur benda padat sempurna Pythagorean. Tentu saja asumsi ini bermula dari keimanan bahwa Tuhan Pencipta semesta bekerja dengan hukum tertentu. Dan hasrat untuk mengetahui hukum Ilahi ini mendasari kerja sains seorang Kepler selanjutnya.

Untuk mendukung tesisnya itu, Kepler butuh data pergerakan planet dalam rentang yang panjang. Dan data itu hanya dipunyai oleh seorang matematikawan Istana kaisar roma suci di Denmark, yaitu Tycho Brache.

Tycho adalah seorang pengamat dan pencatat yang handal. Dengan ketekunan dan dukungan kekayaannya, Tycho mencatat pergerakan benda langit selama hampir 35 tahun. Sebuah kerja pengamatan yang konsisten dan berintegritas. Dan asumsi umum pula di saat itu, bahwa semua benda langit bergerak dengan bentuk ideal : sebuah lingkaran sempurna.

Singkat kata, Tycho dan Kepler melakukan kerja bersama. Seorang pengamat dan pencatat ulung dengan seorang teoritis besar di zamannya. Kepler menghitung sampai 70 kali lebih jarak dan orbit planet Mars. Selama tiga tahun perhitungannya, selalu saja asumsi bahwa planet mars bergerak dengan bentuk lingkaran sempurna dengan serta merta terbantahkan oleh data data dari Tycho.

Perhitungan kesalahannya sampai delapan menit. Apakah ia lantas menyerah, lalu membuang iman bahwa semua ada hukum Tuhan. Tentu saja tidak. Karena pada akhirnnya ia menemukan pola lain, bahwa semua planet bergerak secara elips dengan matahari sebagai titik pusatnya, yang kemudian dikenal dengan hukum Kepler.

Coba kita bayangkan, sebuah kerja panjang dari mulai pengumpulan data selama 35 tahun, perhitungan selama 3 tahun, akhirnya berbuah manis dengan tersingkapnya sebuah hukum dari misteri yang Tuhan gelar di semesta ini. Penghayatan dan iman hakiki menyertai kerja sains seperti ini. Mencoba menyingkap dan membaca hukum Ilahi, mengungkap pola. 

Dari iman, turun menjadi insight, inspirasi, lantas menggerakkan tangan untuk berkreasi, mencatat, menghitung, berkarya dengan penuh integritas, keuletan, ketekunan, kejujuran dan terampil. Dan ujungnya Tuhan akan mengganjar kita, dengan keimanan yang bertambah, atas tersingkapnya secuplik wajah Nya di alam semesta. Mengganjarnya dengan karya kita bermaslahat buat umat manusia, menjadi rahmatan lil alamin. Sebuah urutan dari Iman, Inspirasi dan Kreasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun