Salah satu alternative untuk mendapatkan hiburan di jaman sekarang ini adalah Jalan-jalan, tentu saja bukan hanya sekedar Jalan-jalan sepanjang jalan kenangan tapi istilah lebih gaul nya ialah Window Shopping.
Buat yang belom ‘ngeh (tapi kayaknya mustahil) tentang istilah window shopping, bisa digariskan dijelaskan Wikimedia seperti ini :
'Jalan-jalan di mal sambil melihat-lihat barang di balik etalase (window shopping) merupakan salah satu bentuk rekreasi. Orang yang melakukan cuci mata di pertokoan mungkin merasa senang hanya dengan membayangkan membeli barang-barang di balik etalase, atau menjadi tertarik untuk membelinya di kemudian hari'.
Nah, sudah cukup jelaskan kalau window shopping itu adalah salah satu bentuk rekreasi yang bisa memberikan kita rasa santai dan senang, iyaaa santai dan senang…
sekali lagi s.a.n.t.ai dan s.e.n.a.n.g , bukan sebaliknya.
Kok sebaliknya ?? kenapa??
Himawary : (masuk ke sebuah butik pasang senyum manis bak seorang artis)
SPG : ‘Selamat Siang Ibu…Selamat Datang’
Himawary : “Siang” (tetap senyum tp sedikit keki di panggil ‘ibu’)
SPG : “Silahkan liat-liat” (telapak tangannya dibuka lebaaarr)
Himawary : (celengak celenguk, menuju rak sepatu)
SPG : ( ngebuntutin dari belakang ) “Silahkan Bu, bagus-bagus”
Himawary : (mengambil sebuah sepatu model pantofel)
SPG : “Owh itu bagus bu, cocok. Mau No. Berapa?”
Himawary : (what cocok?…wong sepatunya baru aja di pegang belom di apa-apain) *dalam hati sih
SPG : “ Mau No. berapa Bu?? “ (masih dengan senyum ramah)
Himawary : “hmm” (menyimpan sepatu model pentofel dan bergeser selangkah ke kanan sambil melirik kearah SPG yang ternyata ikut melangkah tepat selangkah, lanjut mengambil sepatu sendal dan mencoba tetap senyum cool)
SPG : :owh itu bagus bu, cocok. Pakai no berapa?
Himawary : (menyimpan kembali sepatu sandal dan balik arah ke rak sebelah dan mulai kebingungan karena ternyata Mba SPG melakukan hal yang PERSIS sama …*GOD)
SPG : “Silahkan” (tetap senyum….tapi mulai masam)
Himawary : “Mba, saya lihat-lihat dulu ya nanti kalo ada yang cocok saya panggil” (suara agak meninggi, mulai bete di buntutin )
SPG : “Silahkan” (tapi tetap ngikuutt, melangkah ke kanan ke kiri , hadap kanan hadap kiri…sambil mengeluarkan bunyi yang selalu sama ”bagus itu bu, no berapa?”) *hajjuuhhh
Himawary : (Ngeloyooorrrr Kabuurrr).
Realita seperti inilah yang bisa menggambarkan bagaimana window shopping yang bermula bertujuan rekreasi berubah menjadi keki.
Siapa yang salah ? SPG sebagai Pelayan atau Himawary sebagai Pengunjung?
Rasanya tidak dan bukan kedua-duanya, karena saya yakin seorang SPG hanya seorang Pekerja yang dituntut menjalankan S. O. P (Standart Operasional Prosedur) yang di tetapkan si Pemilik Butik kepadanya.
Dan saya pun yakin bukan Himawary yang hanya seorang Pengunjung yang tentunya menginginkan kenyamanan ketika memilih barang bukan terus dibuntuti, dirayu dan ditanya dengan pertanyaan yang itu-itu saja.
Mungkin tujuan awal dibuat S.O.P (Standart Opersional Prosedur) ini baik yaitu untuk membuat Pengunjung atau Calon Pembeli merasa dihargai dan dihormati keberadaannya sehingga harus di sambut dan dilayani dengan super ramah dan bahasa yang sopan, tapi kalau terlalu berlebihan juga ya Basi dan Lebay jadinya.
Disinilah faktor S.O.P harus sangat di perhatikan aturan dan penerapannya oleh seorang Pengusaha, Pedagang, Penyedia Jasa atau suatu Perusahaan sekalipun.
Jangan Sampai S.O.P (Standar Operasional Prosedur) yang di buat dan diterapkan
malah berakibat S.O.P (Setiap Orang Pergi) alias Kabuuuur dan Kapooook..
*susytiara dalam Opini : ' ...rindu refreshing'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H