Mohon tunggu...
Himawan Syamsuddin
Himawan Syamsuddin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya adalah seorang staf rendahan sebuah sekolah desa di lereng merbabu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pak Shalat, Bu Zakat, Mas Ramadhan, dan Mbak Syahadat

6 September 2013   11:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:16 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman yang mau naik haji, bercerita kepada saya untuk tidak menyelenggarakan upacara 'walimatus safar'. Saya yang bukan ahli agama memberinya semangat dengan menceritakan betapa kakak saya ketika beberapa tahun yang lalu naik haji tidak menyelenggarakan ritual seperti itu. Bahkan ketika pulangnya. Tetapi beberapa saat menjelang berangkat, saya tetap mencari warta kepada teman yang lain. Ternyata beliau, teman yang mau naik haji tersebut, sudah menegaskan untuk menolak dikunjungi. Jempol saya yang cuma empat, saya acungkan untuk teman tersebut.

Di tempat kerja, hal yang sama didiskusikan oleh teman-teman. Saya yang mulai pembicaraan ditanya oleh teman-teman, "Kalau panjenengan bagaimana? Bagaimana pula dengan panggilan Bu Hajjah atau Pak Haji?"

Saya menjawab dengan menyatakan bahwa naik haji, hanyalah salah satu dari rukun Islam. Rukun Islam tersebut telah saya hafal ketika di SD sebagai jidat, rolat, lukat, patsa, maji. Siji syahadat. Loro shalat. Telu zakat. Papat pasa. Lima Kaji. Atau yang pertama syahadat, kedua shalat, ketiga zakat, keempat puasa, dan kelima haji.

Kalau saya mau melakukan keempat rukun Islam yang lain, ternyata tiada yang bersilaturahmi. Artinya kalau untuk menunaikan ibadah haji tanpa 'walimatus safar' mestinya tidak akan berdampak apapun.

Demikian pula dengan panggilan Bu Hajjah atau Pak Haji. Seharusnya tidak perlu. Kalau toh itu perlu, mestinya kita adil dengan memanggil orang Pak Shalat, Bu Zakat, Mas Ramadhan, atau Mbak Syahadat. Nyatanya tidak demikian. Tetapi ini pendapat pribadi. Bagaimana kalau pembaca yang lain?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun