Mohon tunggu...
HIMAWAN PUTRANTA
HIMAWAN PUTRANTA Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integrasi dan Interkoneksi Nilai Keislaman UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai Bagian Moderasi Beragama

8 November 2024   14:50 Diperbarui: 8 November 2024   17:30 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://drive.google.com/drive/folders/1K5SZFaaSXDoD-JyiC-t8N-oBzffGTvWv

Dalam konteks pendidikan tinggi Islam di Indonesia, moderasi beragama menjadi isu penting yang terus diperjuangkan. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi contoh konkret implementasi moderasi beragama melalui pendekatan integrasi dan interkoneksi yang dipelopori oleh Prof. Aamin Abdullah. Gagasan ini tidak hanya diwujudkan dalam kurikulum dan kegiatan akademik, tetapi juga dalam simbol-simbol arsitektur dan budaya kampus, termasuk corak bangunan, jembatan, terowongan, serta seragam batik khas UIN Sunan Kalijaga. Melalui pendekatan ini, kampus berupaya menghubungkan nilai-nilai keislaman dengan kehidupan masyarakat yang majemuk dan lintas agama.

UIN Sunan Kalijaga dengan jelas mencerminkan nilai moderasi melalui arsitektur dan fasilitasnya. Jembatan dan terowongan yang menghubungkan sisi barat dan timur kampus bukan sekadar sarana fisik, melainkan simbol nyata dari filosofi integrasi dan interkoneksi. Hal ini mencerminkan bagaimana kampus ini berusaha menghubungkan berbagai latar belakang, pandangan, dan keyakinan dalam satu harmoni yang seimbang. Dengan adanya simbol ini, UIN Sunan Kalijaga mengajak setiap elemen kampus untuk berpikir lintas batas dan merangkul keberagaman.

Selain itu, seragam batik yang dikenakan oleh dosen dan karyawan kampus bukan sekadar pakaian. Motif batik ini dirancang dengan filosofi yang mencerminkan keislaman dan budaya lokal, menjadi identitas kolektif yang melambangkan inklusivitas dan kebersamaan. Melalui batik ini, kampus memperlihatkan bahwa moderasi beragama bukan hanya sekadar slogan, tetapi juga bagian dari identitas kampus. Proses integrasi dan interkoneksi ini tidak hanya menyentuh aspek fisik dan simbolik, tetapi juga diwujudkan dalam keberagaman mahasiswa dan dosen. UIN Sunan Kalijaga secara terbuka menerima mahasiswa dari berbagai latar belakang agama untuk belajar bersama, terutama di program studi umum yang lebih universal. Kehadiran mahasiswa lintas agama menunjukkan bahwa kampus ini menjunjung tinggi inklusivitas dan memberikan ruang bagi keberagaman tanpa memandang latar belakang keyakinan.

Hal yang sama berlaku untuk dosen. UIN Sunan Kalijaga memiliki dosen dari agama-agama berbeda yang turut mengajar dan berkontribusi dalam dunia akademik. Dalam kegiatan akademik sehari-hari, mereka bekerja sama dengan dosen Muslim dalam suasana akademik yang terbuka dan penuh penghormatan. Keberagaman ini mencerminkan prinsip moderasi beragama yang konkret, di mana setiap individu dapat berkontribusi sesuai kompetensinya, terlepas dari keyakinan mereka. Namun, upaya integrasi ini tidak terlepas dari pro dan kontra. Pihak yang mendukung menyatakan bahwa moderasi beragama yang diterapkan di UIN Sunan Kalijaga menciptakan iklim akademik yang inklusif, yang pada gilirannya membantu mengurangi polarisasi di tengah masyarakat. Bagi pendukung, moderasi beragama merupakan langkah strategis untuk mempererat hubungan antarumat beragama dan membangun pemahaman bersama di lingkungan kampus.

Di sisi lain, kritikus moderasi beragama menganggap bahwa pendekatan ini berisiko melunturkan identitas keislaman kampus. Mereka berpendapat bahwa UIN, sebagai lembaga pendidikan Islam, seharusnya mempertahankan ciri khas keislamannya secara tegas dan tidak mencampuradukkan nilai-nilai lain. Beberapa pihak juga khawatir bahwa keberadaan mahasiswa lintas agama dan dosen non-Muslim di UIN dapat mempengaruhi pemahaman mahasiswa Muslim terhadap ajaran Islam yang murni. Mereka khawatir bahwa moderasi beragama akan membuka jalan bagi relativisme dalam beragama. Sebagai institusi pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga memang menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan nilai-nilai keislaman dengan inklusivitas. Namun, bagi sebagian besar pendukungnya, keberadaan mahasiswa dan dosen lintas agama justru memperkaya dinamika pembelajaran dan memberikan perspektif yang lebih luas. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar berdialog, berdampingan, dan menghargai perbedaan, yang merupakan aspek penting dalam moderasi beragama.

Salah satu argumen kuat bagi pendukung moderasi beragama adalah bahwa pendekatan ini sesuai dengan semangat Islam yang rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Bagi mereka, Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang dan toleransi kepada seluruh umat manusia, tanpa memandang latar belakang keyakinan. Dengan demikian, moderasi beragama yang diterapkan di UIN Sunan Kalijaga menjadi cara untuk menunjukkan nilai-nilai Islam yang penuh kasih sayang dan damai. Bagi pihak yang ragu, integrasi ini dapat terlihat sebagai pengaruh dari paham-paham liberalisme yang terlalu jauh. Namun, bagi para akademisi di UIN, integrasi ini adalah bentuk aktualisasi ajaran Islam yang mampu merespons dinamika masyarakat modern tanpa harus kehilangan identitas Islam. Dalam konteks ini, UIN Sunan Kalijaga berusaha menampilkan wajah Islam yang adaptif dan fleksibel namun tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam.

Pada akhirnya, moderasi beragama di UIN Sunan Kalijaga adalah upaya untuk menciptakan harmoni di tengah keberagaman. Moderasi bukan berarti mengurangi prinsip-prinsip Islam, melainkan membuka ruang bagi dialog antarumat beragama. Dengan mengedepankan prinsip integrasi dan interkoneksi, UIN Sunan Kalijaga memperlihatkan bahwa Islam dapat menjadi penghubung yang mengakomodasi perbedaan dalam kebersamaan. Bagi masyarakat Indonesia yang beragam, pendekatan ini adalah contoh yang patut diapresiasi, meskipun tetap terbuka terhadap kritik. Moderasi beragama membutuhkan keberanian untuk berpikir inklusif tanpa harus kehilangan identitas. UIN Sunan Kalijaga telah berusaha menunjukkan bahwa identitas keislaman dapat berjalan berdampingan dengan keberagaman, sebagai bagian dari kontribusi bagi moderasi beragama yang lebih luas di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun