Mohon tunggu...
Himanto Setiawan
Himanto Setiawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Menggetarkan Kekuatan Hukum Indonesia

4 Desember 2015   13:46 Diperbarui: 4 Desember 2015   13:49 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 Malang-Siapa yang tak kenal Tri Rismaharani dengan kemampuannya merubah kondisi Surabaya, dan mampu membuat rakyat Surabaya merasa puas dengan kinerja Tri Rismaharani. Sosok walikota yang bekerja keras dalam mewujudkan kemajuan Surabaya dengan penataan yang lebih baik lagi. Berbagai trobosan-trobosan baru yang dilakukan Tri Rismaharani meskipun sempat ada pertentangan diawal dari rakyat Surabaya, namun membuahkan hasil yang baik pada rakyat Surabaya dengan menerima pemikiran Tri Rismaharani yang sebenarnya mementingkan rakyat Surabaya dengan mengutamakan rasa kemanusiaan. Hal tersebut bukan hanya sekedar kebijakan dari mulut saja namun sudah dilakukan dan ada yang masih proses berjalan.

Hukum sebagai celah persaingan politik

Detik-detik Pilwali akan dimulai, sempat terdengar kasus mengenai Tri Rismaharani terlibat kasus yang menjadikannya ia sebagai tersangka. Pada dasarnya detik-detik Pilwali 2015 sudah dekat mencuat suatu kasus terkait Tri Rismaharani yang tiba-tiba nampak besar. Sedangkan dilihat dari track record Tri Rismaharani yang sangat bagus sekali dengan membuat perubahan Kota Surabaya yang sangat signifikan. Tiba-tiba ada berita mengejutkan dengan dilaporkannya Tri Rismaharani oleh bos dari PT Gala Bumi Perkasa. Munculnya respon yang begitu cepat oleh penegak hukum (kepolisian) memberinya status tersangka pada walikota Surabaya tersebut.

Kita juga tidak tahu apakah kepolisian memiliki bukti yang kuat dalam membuat status tersangka pada Tri Rismaharani, pastinya sebagai lembaga penegak hukum memiliki bukti kuat untuk menjadikan seseorang sebgai tersangka. Sesuai dengan kasus tersebut adanya keterangan yang meyakinkan tertera dalam “SPDP Nomor B/415/V/15/Reskrimum yang dikirimkan penyidik Polda Jatim ke Kejati Jatim bahwa Tri Rismaharani sebagai tersangka. Dalam berkas SPDP itu Polda Jatim menetapkan Tri Rismaharani sebagai tersangka sejak tanggal 28 Mei 2015 lalu atas laporan yang dibuat para pedangan Pasar Turi ke Polda Jatim terkait lapak-lapak sementara atau tempat penampungan sementara di sekeliling gedung Pasar Turi”.

Siapa yang tidak yakin dan percaya, terdengar bahwa laporan tersebut bukan sekedar kabar burung. Lembaga kepolisianlah yang sudah menetapkan sebagai tersangka, hal tersebut bukan suatu perkara yang main-main dengan adanya keputusan jelas didalam berkas dari Polda Jatim dan Kejaksaan Agung setelah menerima berkas tersebut. Namun berselang beberapa waktu, terdengar bahwa Kontraktor PT Gala Bumi Perkasa menegaskan bahwa “dalam pencabutan ini tidak ada tekanan dari pihak manapun.

Ini murni inisiatif kami mencabut laporan setelah ada pembicaraan dengan Pemkot Surabaya," kata Humas PT Gala Bumi Perkasa Adhy Samsetyo, di Surabaya, Selasa (26/10/2015). Dalam momen pilkada kali ini, kata Adhy, kasus ini rawan dipolitisasi. Diluar itu tentunya ada beberapa orang yang tidak menyukai Tri Rismaharani, terkait sebagai calon tunggal didaerah ibu kota Surabaya dan anehnya antara POLDA Jatim dan Kejaksaan saling lempar kasus Tri Rismaharani.

Dari sudut pandangan Psikologi terkait hal tersebut penulis bisa mengatakan adanya perilaku semi-politik, mengapa demikian karena ada beberapa kejanggalan yang terjadi sebelum mendekati pelaksanaan pilwali. Dalam psikologi terkait fenomena yang terjadi, bisa disoroti adanya pembangunan kognitif melalui media massa yang nantinya akan mampu merubah perilaku masayarakat dalam memilih kandidat elit politik. Ketika masyarakat melihat hal tersebut akan memunculkan evaluasi individu, yaitu merupakan tendensi psikologi berupa perasaan senang/tidak senang terhadap masalah atau isu politik. Hal tersebut akan memunculkan perilaku pemilih dalam mencoblos setelah pemilih mengolah informasi politik dan membuat kesimpulan dari informasi politik yang diperoleh. Dimanakah informasi tersebut didapat, tentunya dari orang-orang terdekat dan media massa yang sangat intens memberikan informasi dengan cepat.

Terkait hal tersebut sesuai dengan pendapat Lodge dan Hamill (1986) menyatakan bahwa mereka yang tahu banyak tentang politik dan yang tertarik di dalamnya, akan memproses informasi secara berbeda dibandingkan mereka yang tahu sedikit dan tidak tertarik pada politik. Dari hal tersebut bisa diketahui bahwa memang sulit untuk dijatuhkan terkait kekuatan calon dari PDIP yaitu Tri Rismaharani.

Namun apabila hal ini terjadi pada calon-calon yang baru tampil menjadi calon walikota, nama baik calon akan cepat pudar dari atensi masyarakat dan membentuk sekema baru yang negatif. Dikarenakan berita tersebut bisa diartikan dengan cepat oleh masyarakat, serta dailakukannya pertimbangan terkait track record pada calon tersebut yang masih belum ada. Masyarakat pun juga bisa beranggapan bahwa ada kasus suap ketika adanya calon baru tersebut cepat lolos dari penetapan tersangka dari Kepolisian, karena belum adanya kepercayaan masyarakat terhadap calon elit politik yang baru. Disitulah ada celah saling menjatuhkan antar persaingan elit politik.

Lalu ketika individu membuat keputusan tentang tindakan politik (seperti cara memilih, apa yang harus berpikir tentang suatu kebijakan, dll), maka dia melakukan evaluasi terhadap informasi yang sudah tersimpan dan diambil dari memori (Ottati & Wyer, 1990). Mungkin memang hal tersebut tidak mampu mempengaruhi masyarakat Surabaya mengganti keyakinan untuk memilih Tri Rismaharani sebagai walikota. Namun hal tersebut bisa merugikan calon-calon elit politik baru apabila tertimpa kasus yang sama seperti yang terjadi pada Tri Rismaharani. Karena tidak bisa dipungkiri adanya kecemasan seseorang akan cenderung memilih calon elit politik yang menurutnya aman, kenyataan tersebut tidak bisa dihindari adanya kecemasan yang ditimbulkan oleh berita-berita yang menyimpang terkait calon elit politik.

Bahan renungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun