Mohon tunggu...
HIMA ESP FEB UNPAD
HIMA ESP FEB UNPAD Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran

Berdasarkan dengan surat keputusan pemerintah No 37 tahun 1957 pada tahun 1957, Program Studi Ekonomi di Universitas Padjadjaran berdiri pada 18 september tahun 1957 dibawah naungan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Pada tahun 1981, dengan berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia terdapat perubahan penamaan dari jurusan Program Studi Ekonomi menjadi Program Ekonomi Studi Pembangunan yang didasarkan kepada surat keputusan pemerintah No 27 tahun 1981 tentang peraturan mengenai program studi di tingkat fakultas, yang juga di dukung oleh surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No: 0133/U/1994 tentang kurikulum nasional. Himpunan Mahasiswa Ekonomi Studi Pembangunan (HIMA ESP FEB Unpad) sendiri berdiri didasarkan kepada kebutuhan mahasiswa akan wadah bagi mahasiswa di jurusan Ekonomi Studi Pembangunan untuk mengembangkan pola pikir, kepribadian serta penerapan yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajari agar dapat diterapkan langsung ke masyarakat yang didasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa. HIMA ESP FEB Unpad sendiri memiliki sistem kerja yang didasarkan oleh rasa kekeluargaan dan juga profesional yang dijalankan secara beriringan agar tujuan serta visi dan misi dari HIMA ESP FEB Unpad tersebut dapat tercapai.

Selanjutnya

Tutup

Financial

"Dot-Com" Bubble Burst: The Crash and Aftermath

14 Juli 2023   20:58 Diperbarui: 14 Juli 2023   21:08 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Efek yang Ditimbulkan

  1. Investasi : gelembung "dot-com" memiliki dampak yang lebih besar pada investor dibandingkan pada perusahaan-perusahaan yang sebenarnya di industri internet. New York Times melaporkan sekitar 48% perusahaan "dot-com" selamat dari kehancuran, meskipun sebagian besar kehilangan sejumlah besar nilainya.

  2. Kebangkrutan : pecahnya gelembung dot-com menyebabkan kebangkrutan beberapa perusahaan. Salah satu contohnya adalah WorldCom, yang mengakui adanya kesalahan akuntansi senilai miliaran dolar, yang menyebabkan penurunan dramatis pada harga sahamnya.

  3. Pengeluaran modal : saat pengeluaran investasi meningkat, tabungan menyusut dan pinjaman rumah tangga meningkat. Tabungan ini sangat rendah sehingga tidak cukup untuk menutupi biaya faktor produksi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan investasi awal.

  4. Pasar Kerja : PHK para programmer mengakibatkan kelebihan permintaan di pasar kerja. Pendaftaran universitas untuk gelar yang berhubungan dengan komputer menurun drastis. Anekdot tentang programmer yang menganggur yang kembali ke sekolah untuk menjadi akuntan atau pengacara adalah hal yang umum.

  5. Konsolidasi Perusahaan berbasis internet dan teknologi : pertumbuhan di sektor teknologi informasi menjadi stabil, perusahaan-perusahaan melakukan konsolidasi, seperti Amazon.com, eBay, dan Google memperoleh pangsa pasar dan mendominasi bidangnya masing-masing. Industri teknologi informasi menjadi lebih mirip dengan sektor ekonomi lainnya, meskipun dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan valuasi yang lebih tinggi daripada sektor lainnya. Sekarang ada banyak perusahaan teknologi informasi yang menduduki peringkat teratas dalam daftar Fortune 500.

Potensi Dot-Com Bubble di Indonesia pada Saat Ini

Dari paparan sebelumnya, dapat dilihat bahwa persamaan antara era dot com bubble dengan industri startup saat ini adalah valuasi yang berada di atas nilai sesungguhnya.

Source: Laporan The Future of Fintech in Southeast Asia oleh Dealroom, Finch Capital, dan MDI Ventures
Source: Laporan The Future of Fintech in Southeast Asia oleh Dealroom, Finch Capital, dan MDI Ventures
Terlihat pada data diatas, valuasi startup teknologi Indonesia adalah yg tertinggi ke 2 di Asean dengan nilai sebesar US$ 35 miliar. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan bahwa situasi dot com bubble berpotensi terulang lagi pada Indonesia dewasa ini. Pada akhirnya, kenyataan ini akan membentuk ekuilibrium baru pada industri tersebut. 

Cara Menghindari "Bubble Economy"

  1. Investigasi metrik perusahaan yang tepat : Alih-alih mengejar inovasi terbaru, investor sebaiknya mempertimbangkan investasi di perusahaan rintisan hanya setelah memeriksa variabel keuangan, seperti utang keseluruhan bisnis, margin keuntungan, pembayaran dividen, dan perkiraan penjualan. Sangat penting untuk mengevaluasi potensi jangka panjang, karena fokus jangka pendek dapat menyebabkan munculnya bubble economy lainnya;

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Financial Selengkapnya
    Lihat Financial Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun