Mengamati salah satu dari tiga Dewa Trimurti kepercayaan agama hindu yang berperan dalam pemeliharaan semesta alam, Dewa Wisnu, mengendarai Burung Garuda dengan bentangan sayapnya yang selebar 66 meter, berdiri gagah, terlihat jelas hingga jarak pandang sejauh 20 KM. Garuda Wisnu Kencana, destinasi wisata di Bali yang sangat memberikan kesannya yang masih terbayangkan hingga beberapa bulan kedepan.
Pengalaman ini ku dapatkan ketika berkunjung ke Bali bersama teman-temanku.
Setelah dipandu tour yang dimulai dari hotel kami yang berada di Kota Denpasar, melewati berbagi tempat, jembatan panjang yang terdapat di Bali yang juga sekaligus menjadi jalan tol yang menghubungkan Nusa Dua, Bandara Ngurah Rai, dan Benoa, kemudian kami turun di tol Nusa Dua. Setelah itu, kami mendatangi Pantai Kuta, menikmati suasana toko-toko dan mall yang berada di pinggir pantai. Dilanjut dengan mengunjungi Pantai Melasti, surga bagi para pasangan prewedding. Semua kami lewati diiringi interpretasi dari pemandu wisata yang memimpin kami. Interpretasi yang disampaikan sangatlah menarik dan mudah dipahami. Sayangnya kedua destinasi tersebut kurang berkesan di mataku karena aku kurang menikmatinya dikarenakan panas Bali yang sangat menyengat.Â
Setelah menunggu di bus cukup lama, akhirnya kami berangkat menuju destinasi terakhir kami, yaitu Garuda Wisnu Kencana.Â
Jarak dari Pantai Melasti menuju Garuda Wisnu Kencana tidak terlalu jauh, hanya saja jalan cukup padat sehingga memakan waktu cukup lama untuk sampai. Namun, ditengah padatnya lalu lintas yang kami lewati, pemandu wisata kami menjelaskan sejarah, lokasi, dan segala kisah yang ada pada Garuda Wisnu Kencana.Â
Sesampainya kami di area drop zone Garuda Wisnu Kencana, kami diminta untuk turun secepatnya karena harus bergilir dengan bus-bus di belakang kami. Di area drop zone, kami disambut dengan patung Garuda Wisnu Kencana versi mini yang berdiri di tengah. Sebelum memasuki gerbang masuk Garuda Wisnu Kencana, kami berfoto bersama dengan patung tersebut sebagai kenang-kenangan. Kerennya, meskipun yang berada di tengah tersebut adalah patung Garuda Wisnu Kencana versi mini, tetapi patung yang sesungguhnya pun terlihat dari sana mengingat seberapa besarnya patung tersebut.
Setelah berfoto beberapa kali, kami dibagikan tiket masuk. Kami pun berjalan menuju gerbang masuk. Sistem ticketing di sini sudah canggih dengan melakukan scan dari barcode di tiket yang diberikan. Satu persatu kami mulai memasuki alur tur wisata dari Garuda Wisnu Kencana.Â
Dari gerbang masuk, kami langsung disuguhkan tangga yang terbuat dari batu. Tangga yang banyak dan tinggi. Tangga tersebut mengingatkanku pada satu buah scene di sebuah novel, dimana ia perlu melewati 3799 anak tangga sambil menggendong kekasihnya yang sedang dalam kondisi sekarat. Hanya dengan mengingat isi novel membuat saya semangat untuk menaikinya. Selain itu, ada sebuah vibe yang membuat suasana di sana menjadi mistis. Meskipun dari awal perjalanan, mengunjungi pantai-pantai dalam keadaan panas matahari yang menyengat, anehnya, mungkin karena sudah jam tiga, di Garuda Wisnu Kencana terasa sejuk. Meskipun melewati banyak anak tangga yang naik cukup curam, tetapi aku tidak berkeringat sama sekali dan cukup menikmati menaiki tangga tersebut.
Setelah menaiki cukup banyak anak tangga, kami sampai di lokasi pertama Garuda Wisnu Kencana, yaitu Wisnu Plaza. Disana saya langsung dapat melihat patung besar, setengah badan dari Dewa Wisnu. Di bawah patung tersebut, mengalir air yang orang Bali percaya sebagai air suci. Hal tersebut dijelaskan sebelumnya oleh pemandu wisata kami, bahwa air tersebut tiba-tiba memancar. Kalau dalam kisah islam, mungkin bisa dibilang seperti air yang tiba-tiba memancar dari pijakan Nabi Ismail yang sudah dikenal dengan sebutan air zamzam. Namun tentunya kepercayaan setiap orang berbeda. Bagi orang hindu di Bali, air mancur tersebut, yang juga disebut sebagai air mancur Parahyangan Somaka Giri, merupakan tempat suci yang juga merupakan tempat untuk meminta hujan pada Dewa Hujan ketika musim kemarau.Â
Setelah melihat-lihat cukup lama dan istirahat, kami melakukan sedikit foto kemudian melanjutkan perjalanan kami. Setelah melihat jalan selanjutnya, ternyata patung setengah badan Dewa Wisnu tersebut merupakan titik tertinggi dari Garuda Wisnu Kencana, karena alur selanjutnya adalah kami menuruni tangga dari tempat tersebut.