Mohon tunggu...
Hilwan Fanaqi
Hilwan Fanaqi Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Harian Lepas

manusia biasa yang ingin bermanfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menuai Hasil Perseteruan PSSI-KPSI: 2-2 vs Laos

25 November 2012   17:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:41 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Laos yang dua tahun lalu dibantai enam gol tanpa balas hari ini mampu menahan imbang Timnas Indonesia 2-2. Bahkan Indonesia sempat tertinggal dua kali sebelum menyamakan kedudukan dengan hasil akhir berbagi angka yang sama. Menanggapi hasil ini pelatih Timnas Indonesia mengaku tetap bangga dengan anak asuhnya yang telah menunjukkan perjuangan yang tidak mengenal lelah.

Melihat hasil imbang ini tentu kita tidak bisa hanya melihat dari sisi timnas Indonesia dengan pemain “apa adanya” sebagai akibat dari konflik sepak bola dalam negeri yang tak kunjung menemui titik temu. Meskipun Nil Maizar sendiri mengakui bahwa mayoritas pemainnya belum berpengalaman, namun timnas Laos yang hari ini melawan Indonesia juga menunjukkan perkembangan yang cukup bagus. Bahkan dua tahun lalu di piala AFF 2010 mereka juga mampu menahan imbang timnas Thailand dengan skor yang sama dengan hari ini, 2-2.

Namun bila kembali melihat kondisi timnas Indonesia hari ini cukup mengkhawatirkan. Pertikaian PSSI Djohar Arifin dengan kelompok KPSI pimpinan La Nyalla Mataliti telah “menuai Hasilnya”. Tidak bergabungnya para pemain senior yang biasa menjadi tulang punggung timnas ditengarai menjadi salah satu penyebab gagalnya Indonesia memetik kemenangan atas Laos.

Dengan hasil ini, Pelatih Nil Maizar sudah barang tentu akan memberikan dukungan positif terhadap para pemainnya. Demikian pula para pengurus PSSI dengan nakhodanya Djohar Arifin akan memberikan pujian dan rasa bangga terhadap para pemain yang telah berjuang di lapangan. Lalu bagaimana kelompok KPSI menanggapi hasil imbang ini? Wallahu a’alam. Namun sepertinya mereka sedang tersenyum bahagia karena merasa tanpa pemain-pemain yang berada “di gerbong” mereka, Indonesia menjadi tidak berdaya. Seakan-akan kubu KPSI ingin berkata “rasain lu..!!”.

Lalu, bagaimana kita menanggapinya? Benarkah para pemain yang bernaung di klub-klub ISL tidak memiliki nasionalisme? Hanya mereka masing-masing yang paling tahu tentang nasionalisme di dadanya. Namun yang pasti, para elitlah yang hanya berpikir kepentingan kelompoknya masing-masing. Kedua belah pihak merasa paling benar dan harus didengar. Masing-masing mengklaim apa yang mereka lakukan demi kepentingan bangsa dan negara; INDONESIA. Sedangkan para pemain hanyalah “korban” kekuasaan. Karena sesungguhnya para pemain akan sangat senang dan bangga berkostum timnas Indonesia dengan lambang Garuda. Namun kondisilah yang mungkin membuat mereka harus mengambil keputusan pahit untuk tidak bergabung dengan timnas.

Egoisme para elit sepakbola nasional yang membuat konflik PSSI-KPSI berkepanjangan. Kita tidak bisa hanya melihat pada perkembangan terakhir. Namun kita harus melihat sejak awal munculnya konflik ini sejak proses pemilihan Ketua Umum PSSI yang menobatkan Djohar Arifin sebagai yang terpilih. Nuansa politis lebih nampak dari pada kepentingan sepak bola nasional. Maka sudah bisa diterka, perseteruanlah yang terus mengemuka.

Sebagai warga negara yang mencintai bangsanya termasuk Timnas Indonesia, kita hanya bisa berdo’a semoga para elit ini secepatnya dibukakan hatinya agar semua hanya berbicara satu kepentingan; INDONESIA. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun