Mohon tunggu...
Hilwa AqilaAqnati
Hilwa AqilaAqnati Mohon Tunggu... Aktor - mahasiswa

hobi makan

Selanjutnya

Tutup

Book

Minke sang Ancaman Besar bagi Pemerintah Kolonial

29 Oktober 2024   12:36 Diperbarui: 29 Oktober 2024   12:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Novel Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Rumah Kaca memperlihatkan dinamika pergerakan nasional Indonesia dari kritik sudut pandang kolonial. dengan kritik mendalam, salah satunya upaya para aktivis melawan para pemerintah kolonial.

Minke adalah tokoh utama dalam tetralogi Buru Karya Pramoedya Ananta Toer yang terdiri dari 4 novel: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca.

Pada novel Bumi Manusia Minke adalah seorang siswa sekolah elite tempat orang pribumi dan keturunan Eropa, di sekolahnya ia mulai melihat ketidakadilan yang terjadi antara orang pribumi dan kolonial Belanda.

pada novel Rumah Kaca Minke digambarkan melalui sudut pandang Pangemanann, ia adalah pejabat pemerintah kolonial yang ditugaskan untuk memata-matai dan menekan aktivitas Minke serta tokoh-tokoh pergerakan lainnya.

Minke, adalah seorang jurnalis dan pemimpin redaksi koran Medan Prijaji, Minke konsisten mengangkat isu-isu sosial dan politik yang mengusik kenyamanan pemerintah kolonial. akibat aktivitasnya ini, pemerintah kolonial merasa terganggu dan menganggap Minke sebagai ancaman serius terhadap stabilitas kolonial.

Minke yang merupakan ancaman bagi pemerintah kolonial akhirnya dimata-matai gerak-geriknya oleh utusan pemerintah kolonial -Pangemanann. tugas Pangemanann bukan hanya memata-matai Minke tetapi juga merusak reputasi dan pengaruh Minke pada orang-orang Indonesia.

Pangemanann mengawasi semua kegiatan Minke, ia membaca semua tulisan Minke dengan cermat, karena itu Pangemanann memanfaatkan semua informasi yang diperoleh untuk mengisolasi dan mempermalukan Minke di masyarakat, Ia menyusun strategi agar merusak kepercayaan orang-orang di sekitar Minke. cara ini dijadikan pemerintah kolonial menyingkirkan Minke tanpa harus menangkap atau membunuhnya secara langsung, sehingga dimata publik mereka tampak lebih "beradab".

Pada akhirnya media yang ia pimpin dihentikan dan Minke sendiri disingkirkan. Meski demikian, sosok Minke tetap menjadi simbol kebangkitan, kesadaran rakyat dan perjuangan intelektual melawan penindasan kolonial.

Bagi pihak kolonial, Minke bukan hanya sekedar individu, tetapi ia digambarkan sebagai ancaman yang harus dilawan dan ditaklukkan demi meredam ide-ide kebebasan yang Minke bawa.

Lewat novel Rumah Kaca Pram menunjukkan betapa liciknya pemerintah kolonial menghadapi perlawanan intelektual. Kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial berbentuk pengekangan kebebasan dan pengawasan ketat menjadi metode yang efektif untuk mematahkan semangat seseorang memimpin pergerakan. 

Pram juga menunjukkan bagaimana ide-ide Minke terus hidup dan menginspirasi meskipun ia dutundukkan oleh kekuatan kolonial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun