Mohon tunggu...
Hilwa Adiiba
Hilwa Adiiba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Untuk Tugas Kuliah

Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Fakulas Sastra, Jurusan Seni dan Desain, Prodi Desain Komunikasi Visual S1.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelatihan Membatik Meningkatkan Kreativitas dan Solidaritas Bertetangga di Era Pandemi

21 Desember 2021   02:03 Diperbarui: 21 Desember 2021   02:21 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu untuk pergantian ketua RT datang dan ayah saya dipilih warga sebagai Pak RT untuk 4 tahun periode ke depan. Setelah ayah saya dinobatkan sebagai ketua RT baru, ayah saya langsung memutuskan untuk mengadakan workshop membatik untuk ibu-ibu PKK di lingkungan rumah saya. Workshop ini diadakan di hari Minggu sehingga Ayah saya juga mengajak saya untuk mengikuti kegiatan itu karena kebetulan saya free. Kebetulan juga saya suka membatik karena dulu saya sudah pernah diajarkan saat SMA.

Saat saya tiba di lokasi workshop, saya melihat sudah banyak ibu-ibu yang sudah tiba di tempat. Sembari menunggu pelatih datang, Pak RT melakukan pembukaan terlebih dahulu kepada semua peserta workshop membatik. Beliau juga berterimakasih atas partisipasinya dan kami melaksanakan do’a bersama agar acara berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir. Ketika pelatih sudah datang, Pak RT memperkenalkan pelatihnya sedikit karena kebetulan pelatihnya adalah teman kerjanya, setelah itu mempersilakan pelatih untuk mengambil alih kegiatan. Kemudian pelatih melanjutkan menunjukkan biodata dan mempresentasikan cara membuat batik melalu PowerPoint yang di tayangkan di layar proyektor.

Setelah memberi teori, pelatih kemudian melanjutkan kegiatan dengan membagi peserta ke beberapa kelompok. Setiap kelompok disediakan satu buah panci dan kompor kecil yang sudah berisi malam yang sudah dicairkan, serta selembar kain mori, pensil HB, dan canting untuk masing-masing peserta. Pelatih juga memberikan selembar gambar pola bunga kepada setiap peserta untuk nantinya dijiplak pada kain mori. Setelah semua peserta sudah mendapatkan alat dan bahan, kegiatan membatik pun di mulai.

Pertama-tama, hal yang dilakukan yaitu molani atau mengsketsa gambar pola bunga tadi pada kain mori menggunakan pensil HB. Pola bunga yang diberikan tadi ditaruh di bawah kain mori kemudian jiplak pelan-pelan menggunakan pensil HB di atas kain mori. Setelah sketsa jadi, tahap selanjutnya yaitu nglowong atau menutupi sketsa tadi menggunakan canting yang berisi malam panas. 

Caranya yaitu dengan mengalasi kain mori dengan telapak tangan lalu perlahan-lahan menutupi sketsa dengan malam. Jangan khawatir, malam dingin dengan cepat begitu keluar dari kompor, jadi di telapak tangan hanya terasa panas sebentar lalu lama kelamaan akan dingin dengan sendirinya. Proses nglowong ini dilakukan dua kali, di atas dan di belakang kain mori agar hasil gambarnya lebih maksimal dan warna tidak akan luber ke desain yang sudah di gambar. Tahap selanjutnya yaitu menutup dengan malam pada bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih, misalnya menambahkan hiasan-hiasan di sekitar pola bunga tadi agar terlihat lebih indah atau biasa disebut ngiseni.

Setelah semua peserta selesai menutupi sketsa pada kain mori, pelatih kemudian melanjutkan kegiatan membatik ke tahap selanjutnya, yaitu ngelir atau biasa disebut mewarnai kain dengan teknik celup. Sudah tersedia ember-ember berisi pewarna, ada warna kuning, oranye, dan hijau. Setiap peserta dibagi lagi menjadi kelompok merah dan kelompok biru. 

Kelompok merah akan mewarnai kainnya menjadi merah dan kelompok biru akan mewarnai kainnya menjadi warna biru. Ketiga warna tadi tidak semata-mata hanya main celup saja, tetapi dengan bantuan pelatih, mencelupkan kainnya berkali-kali ke warna-warna tertentu dapat menghasilkan warna merah maupun biru. Saya memilih warna biru untuk warna kain saya, jadi saya mengantre di kelompok biru. Semua peserta mengantre dengan rapi dan proses pewarnaan berjalan dengan lancar dan tuntas.

Tahap selanjutnya yaitu nglorod atau meluruhkan malam di kain mori. Agar malamnya luruh, kain yang tadi di warnai dicelupkan ke dalam air mendidih beberapa saat, kemudian kain yang baru diangkat dari air mendidih tadi di rendam sebentar di air dingin agar malamnya rontok. Setelah malamnya rontok, kain yang awalnya tertutup warna akan menjadi bergaris-garis putih. 

Hal ini dikarenakan malam tadi bersifat sebagai mantel agar tidak terkena pewarna, sehingga menghasilkan garis-garis putih yang rapi. Kain batik yang basah tadi selanjutnya dijemur di bawah terik sinar matahari agar cepat kering. Setiap peserta menggantungkan kain batiknya di jemuran dengan rapi dan memastikan agar setiap permukaan kain terkena sinar matahari.

Sembari menunggu jemuran kain batik kering, Pak RT dan pelatih memberikan nasi kotak untuk dimakan bersama-sama. Kami memakannya bersama-sama, tidak lupa untuk menjaga jarak dan kebersihan karena kegiatan ini diadakan saat pandemi. Sungguh momen yang saya rindukan. Karena pandemi, jarang ada kegiatan luar ruangan seperti ini. Untungnya peserta kegiatan ini tidak banyak-banyak karena ada yang tidak ikut, sehingga kami tidak mengakibatkan kerumunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun