Libur semester ganjil mahasiswa pada tahun 2024 ini sudah di depan mata. Saya teringat pengalaman libur semester ganjil tahun lalu. Bagi saya ada salah satu percakapan yang menarik waktu itu.
Pada akhir Desember 2023 dulu, seorang mahasiswa di sebuah kampus di Jawa Timur telah menyelesaikan semester satunya. Libur semester selama kurang lebih satu setengah bulan sudah didepan mata. Mahasiswa itu pulang ke kampung halaman yang jaraknya tak jauh dari kampusnya, dengan kabupaten yang bersebelahan dengan kabupaten tempat kampusnya berada. Setelah melakukan perjalanan kurang lebih satu jam tiga puluh menit, mahasiswa itu di sambut dengan ramah oleh keluarganya di rumah. Walaupun jarak rumah dengan kampusnya lumayan dekat, tapi ia memilih untuk tidak sering pulang. Bahkan dalam satu semester, ia hanya pulang satu kali. Ntah motif lain apa yang membuatnya seperti itu, tapi ia pernah mendengar petuah gurunya:
"Lek pengen sinaune kasil, ojo gampang muleh yo... mengko ilmune kecer-kecer nek ndalan"
"Kalau ingin belajarnya membuahkan hasil, jangan sering pulang... nanti ilmunya jatuh-jatuh di jalan".
Ia hanya pulang ke rumah saat libur semester saja. Selain pernah mendapatkan petuah dari gurunya, ia memiliki prinsip yang kuat bahwa ketika ia dalam perantauan, apalagi dalam agenda menuntut ilmu, ia rasa kurang srek kalau sering pulang kerumah. Alasanya macam-macam, dia percaya kalau sering bertemu orang rumah atau kampung halaman dia merasa tidak bisa fokus dalam kuliah, toh mungkin dia orang yang ambis, selain alasan di atas mungkin perihal uang bensin juga jadi pertimbangan.
"Lebih baik dibelikan makan daripada untuk beli bensin pulang" katanya.
Ia pernah memiliki keinginan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi setelah S1. Ini sudah ia pikirkan sebelum masuk bangku kuliah. Ia memiliki tekad yang kuat dalam meraih mimpinya. Dalam hatinya yang paling dalam sering berkata.
"Seperti yang ada dalam prinsipku, aku harus bermanfaat bagi orang lain. Aku pernah menemukannya dalam sebuah buku yang berbunyi 'khoirunnas anfauhum linnas'. Ketika aku membacanya aku berangan-angan bahwa semakin banyak ilmu yang aku dapatkan maka insyaallah aku bisa lebih bermanfaat bagi orang di sekitarku."
Beberapa hari setelah ia di rumah, ia merasakan suasana yang sangat berbeda ketika dia berada di perantauan. Yang hampir setiap harinya ada jadwal diskusi, tetapi ketika dirumah ia merasa sepi dan hampa. Padahal ia sudah berlatih untuk terus membaca buku walau saat liburan. Tapi kenyataan berkata lain, kalau bahasa kekiniannya sepertinya ia memiliki kepribadian 'ekstrovert'. Jika tidak bertemu keramaian satu haripun, ia akan merasa jenuh. Memang aneh mahasiswa yang satu ini. Mungkin ia merpakan termasuk salah satu manusia yang tidak bisa diam.
Singkat cerita ia memutuskan mencari kerja untuk mengisi libur semester. Sebenarnya tidak mudah untuk mencari alasan bekerja bagi ia.
"Bu... selama aku di rumah, aku izin untuk mengisi waktu liburku dengan bekerja ya...?"