Mohon tunggu...
Hilmy Abdullah faqih
Hilmy Abdullah faqih Mohon Tunggu... Mahasiswa - College Student

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seberapa Efektifkah Metode Pembelajaran bagi Anak?

15 Juli 2022   13:30 Diperbarui: 15 Juli 2022   13:34 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sudah lebih dari 2 tahun ini kita tinggal bersama dengan virus covid 19 di sekitar kita. Covid 19 merupakan salah satu pandemic terparah yang pernah dialami manusia setelah HIV/AIDS, flu spanyol, flu babi, flu hong kong, virus cacar dan kolera. Dampak dari adanya pandemic covid 19 hingga merambah ke segala aspek kehidupan manusia seperti factor ekonomi, sosial dan Pendidikan. Satu dunia kemudian bangkit dengan membantu satu sama lain untuk menanggulangi pandemic ini supaya cepat Kembali seperti semula dan kita bisa Kembali beraktifitas seperti sedia kala. Pelaksanaan lockdown dan penyuntikan vaksin dinilai dapat membantu untuk menekan angka penyebaran covid 19. Semua kalangan pun turut merasakan dampaknya mulai dari anak -- anak, remaja, hingga dewasa. Mereka diharuskan melakukan semua nya dari rumah dan meminimalisir aktifitas diluar ruangan.

Salah satu contoh yang paling merasa akibat dari adanya pandemic ini adalah bidang Pendidikan di Indonesia. Tak bisa dipungkiri meskipun kita sudah terbilang cukup maju dalam aspek teknologi namun masih ada rakyat Indonesia yang merasa terbelakang akan kemajuan teknologi dan menyulitkan anak -- anak mereka untuk mendapat Pendidikan terutama di masa pandemic seperti ini. Sekalipun bagi anak yang tinggal di kota pun masih ada dari mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu dan sekolah mereka diharuskan untuk menggunakan metode online untuk melakukan pembelajaran atau biasa disebut dengan pembelajaran daring.

Berdasarkan jurnal -- jurnal terkait keefektivitasan dari pembelajaran secara daring sesuai dari yang dianjurkan oleh pihak pemerintah Indonesia, kesimpulan yang didapat atas keefektivitasannya pun beragam. Mulai dari dari beberapa golongan menaganggap bahwa sangat efektif karena selain memberikan edukasi lebih mudah juga menjadi Langkah bagus untuk mengajarkan teknologi kepada anak. Namun beberapa dari mereka pun tidak setuju akan hal ini karena dinilai anak -- anak tidak memahami materi secara efektif dan tidak kondusif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan opini pribadi penulis, dari adanya pembelajaran secara online dinilai kurang efektif namun efektif untuk mengurai angka penyebaran covid 19 di Indonesia.

Karena berdasarkan pengamatan pribadi dan pengalaman pribadi penulis merasa siswa ataupun mahasiswa banyak yang tidak serius selama melakukan pembelajaran secara daring atau online. Beberapa contoh yang ditemukan adalah saat siswa atau mahasiswa melakukan zoom atau meet online dengan guru atau dosen mereka, mayoritas akan mematikan kamera laptop / handphone mereka kemudian ditinggal sampai kelas berakhir. Contoh lainnya bahkan yang terasa sangat fatal adalah saat adanya ujian baik itu ujian tengah semester atau ujian akhir semester karena dosen atau guru mereka tidak bisa mengawasi mereka selama pengerjaan dan banyak dari mereka yang menggunakan bantuan seperti buku atau google untuk mencari jawaban dan tinggal melakukan copy paste ke jawaban mereka. Berbeda dengan zaman sebelum adanya pandemic, semua siswa dan mahasiswa diharuskan menghapal materi dan mengingat semua materi yang akan keluar dari materi soal yang diberikan. Apabila siswa / mahasiswa melakukan pencarian dari google atau buku saat ujian nilai yang dihasilkan pun bukan dari hasil pemikiran mereka sendiri namun menggunakan bantuan dan tidak terasa adil. Dan bagi semua pihak guru dan dosen yang mengajar pun akan merasa sia -- sia sudah memberikan materi dengan sepenuh energi mereka karena anak -- anak didik mereka tidak menghargai dan memperhatikan secara serius.

Meskipun tidak menutup kemungkinan ada beberapa siswa dan mahasiswa ambisius yang memperhatikan semua materi untuk sekedar memberikan apresiasi kepada pengajar mereka sebagai rasa terima kasih, namun tetap saja kita harus memikirkan bagaimana perasaan mereka saat tahu anak muridnya tidak mendengarkan secara serius dan sibuk dengan aktivitas mereka masing -- masing. Kita sebagai kaum muda harusnya dapat memberikan empati kepada mereka, meskipun kita tidak bertatap muka secara langsung namun dengan memperhatikan serta memberikan pertanyaan terkait materi terasa sudah sangat cukup untuk memberikan rasa sedikit apresiasi kepada dosen atau guru -- guru kita.

Para orang tua pun khawatir akan anak -- anak mereka, meskipun mayrotias dari mereka akan mendapat nilai baik namun tiu bukanlah nilai murni dari pemahaman mereka sendiri yang didapatkan namun dari bantuan. Para orang tua pun merasa sia -- sia karena menurut mereka sama saja dengan belajar mandiri tanpa bantuan guru apabila anak mereka hanya mengandalkan jawaban yang ada di google tanpa memahami isi dari materi yang diberikan oleh para guru atau dosen -- dosen mereka. Karena sejatinya orang tua lah yang membayar biaya Pendidikan mereka dengan harapan anak -- anak mereka menjadi anak yang cerdas dengan sikap yang berpendidikan dan bisa menjadi kebanggaan keluarga mereka. Adanya pembelajaran daring juga membawa dampak kepada sikap anaknya itu sendiri selain kepada aspek akademis si anak. Cenderung karena mereka selalu berhadapan di depan layar ponsel atau laptop mereka menjadi pribadi yang antisosial ketika bertemu orang secara langsung atau tatap muka. Bahkan yang sudah akrab seperti teman sekolah pun akan merasa canggung lagi saat bertemu secara langsung.

Namun semua keluh kesah ini akan segera berakhir. Pemerintah Indonesia sudah memberikan lampu hijau bagi seluruh sekolah dan kampus untuk membuka pembelajaran berbasis offline atau tatap muka secara langsung. Dengan beberapa syarat selain penggunaan masker tetap digunakan, peserta didik diharuskan sudah melakukan vaksin dan menggunakan aplikasi pedulilindungi saat memasuki area kampus atau sekolah. Adanya kebijakan baru ini sudah banyak diterapkan namun masih belum diterapkan oleh semua lapisan karena mayoritas yang masih menerapkan hal ini adalah kalangan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah akhir sedangkan kalangan universitas masih belum semua diterapkan. Di beberapa kampus ada yang sudah menerapkan full offline di kampusnya, Sebagian lain kampus sudah menerapkan namun hanya menerapkan offline untuk saat tertentu saja seperti saat ujian tengah semester atau ujian akhir semester dan praktik yang membutuhkan pengamatan secara langsung, dan beberapa kampus lainnya masih menerapkan full online atau daring. Adanya kebijakan baru ini diambut antusias oleh semua lapisan masyarakat terutama para siswa dan mahasiswa karena pada akhirnya mereka dapat berkumpul dengan teman mereka.

Dengan adanya kebijakan ini diharapkan dapat mengembalikan semangat para siswa/siswi serta mahasiswa/mahasiswi untuk mengejar Pendidikan mereka hingga tuntas. Supaya mereka dapat menjadi pribadi yang dapat membanggakan orang tua dan negara mereka. Serta diharapkan mereka tetap menjalani protokol Kesehatan selama proses belajar mengajar karena meskipun pemerintah Indonesia sudah memberikan kerenggangan atas kebebasan untuk beraktifitas diluar, kita tetap harus menjaga diri dan sekitar untuk menjaga agar penyebaran covid tetap berkurang dan diharapkan dapat menjadi wabah yang tidak ganas dan kita dapat sepenuhnya hidup bebas tanpa adanya Batasan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun