Mohon tunggu...
Hilmi Lukman Baskoro
Hilmi Lukman Baskoro Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Jember

Menulis topik mengenai sastra dan kebudayaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prasangka bahwa Definisi "Timur" Hanya Akal-akalan Eropa

24 September 2023   20:22 Diperbarui: 26 September 2023   14:09 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Edward_Said

"'Timur' (Orient) memang nyaris merupakan reka cipta Eropa...," kata Edward Wadie Said di paragraf pertama bukunya yang paling terkenal, Orientalisme. 

Dia utarakan itu sebagai tanggapan terhadap seorang wartawan Prancis yang membandingkan pusat perdagangan yang porak-poranda dengan lokasi kisah-kisah Timur di dalam karya-karya Chateaubriand dan Nerval. Chateaubriand dan Nerval adalah dua penulis dan sastrawan Prancis yang mungkin, dahulu mereka banyak menulis tentang negeri-negeri Timur. 

Kemudian Said melanjutkan, bahwa Timur, sejak dahulu sejatinya telah diasosiasikan sebagai wilayah yang penuh romansa, eksotisme, kenangan-kenangan manis, dan pemandangan dan pengalaman yang mengesankan. Secara objektif, bila kita melihat Timur dahulu kala saya rasa memang demikian. Lihat saja Arab sebelum Pencerahan Eropa, misalnya. Dan sekarang Barat tengah melihat menghilangnya Timur dari pusat dunia. 

Tapi, bukan tentang keadaan Timur tersebut yang hendak Said kehendaki sebagai inti makna pembukaan masterpiece-nya ini. Targetnya adalah si wartawan Prancis itu. Lebih tepat lagi, pandangan wartawan tentang Timur itu fenomena yang sangat mengganggunya. Bahwa Timur seakan selalu menjadi objek khayalan dan invensi yang tak goyah bagi Eropa, karena nyatanya, pandangan wartawan itu mewakili pandangan komunal Prancis, bahkan bisa jadi, juga Eropa pada umumnya. 

Berbeda dengan Eropa yang mengalamatkan "Timur" pada wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (Timur Dekat), Amerika Serikat justru menunjuk pada Timur Jauh, meliputi Asia Timur (khususnya Cina dan Jepang) dan Asia Tenggara. 

Selaras dengan usaha penciptaan mereka atas Timur, Eropa telah menghimpun, katakanlah sebuah "metode", untuk memahami Timur, yang oleh Said disebut dengan Orientalisme. Usaha ini tidak mungkin hanya karena khayalan Eropa tentang Timur yang indah dan eksotik, tetapi juga dilatarbelakangi sekaligus menyebabkan kolonialisme Eropa di negeri-negeri Timur. Timur menjadi sumber peradaban dan kekayaan Eropa. Timur, dengan definisi yang dibuat Eropa, telah mendefinisikan dengan tidak langsung seperti apa itu Barat. Barat demikian begini disebabkan Timur yang demikian begitu. 

Tapi apakah iya Timur semata-mata dunia khayalan Eropa? Pada perkembangannya yang tampak meyakinkan, keberadaan lembaga kajian khusus, studi kesarjanaan, kosakata-kosakata, doktrin-doktrin, serta birokrasi dan gaya kolonialismenya, pemahaman Barat atas Timur telah menjelma laksana kajian ilmiah yang objektif dan akademis. 

Dan orientalisme modern yang diprakarsai oleh Barat Amerika saat Perang Dunia I maupun II bahkan pasca perang, seharusnya lebih jernih dan realistis, kata Said, terutama dibanding besutan Barat Eropa. 

Untuk sementara, terlepas akademis atau tidaknya sifat orientalisme, dengan menengok hasil mereka menjadikan negeri-negeri Timur sebagai koloni, Barat telah memetik buah panennya. 

Saya akan membahas ini di tulisan selanjutnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun