Mohon tunggu...
Hilmi Iskandar
Hilmi Iskandar Mohon Tunggu... Buruh - Lulusan SMA yang sedang belajar menulis karena banyak hal yang berawal dari tulisan.

(Mencoba) suka baca buku, pengen kuliah di luar negeri, sehari-hari bekerja sebagai crew store di sebuah minimarket di Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Belajar Untuk Berani Bermimpi dari Novel Sang Pemimpi

5 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 4 Januari 2025   19:07 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Gramedia

"Udahlah nggak usah ngimpi terlalu tinggi, kamu tuh orang miskin!"

Kayaknya nggak terlalu asing ya untuk kita denger kalimat barusan? Masih banyak di antara kita yang mikir kalau kesulitan ekonomi merupakan tembok penghalang yang tidak bisa dirobohkan sama sekali bagi seseorang untuk mencapai impiannya. Kalau kamu kenal orang-orang yang masih berpikiran begitu, coba deh suruh mereka baca buku ini: Sang Pemimpi.

Buku ini jadi sejarah tersendiri buat aku. Di mana ini pertemuan pertamaku dengan novel, dan setelah baca ini aku baru tahu kalau ternyata ada buku yang isinya bukan materi-materi sekolah dan membaca bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan. Waktu itu kelas 3 SD, kakakku yang beli dari bazar buku yang ada di sekolah kami waktu itu (tahu nggak sih yang kalau besoknya diadain bazar kita dikasih foto kopian daftar bukunya terus kita disuruh centangin buku apa yang kita mau beli yang mana besoknya kita tetep nggak beli, duitnya abis buat jajan). Mengingat itu terjadi pas SD yang uang saku paling banyak tuh 5 ribu yah, pasti harga bukunya bukan 65 ribu dong. Kira-kira 10-15 ribu lah, dan buku novel tebal harga 15 ribu ya apalagi kalau bukan bajakan. Dari buku bajakan ini aku menjadi suka baca buku, maka dari itu ayo kita beli bajakan (nggak deng bercanda yah, kasihan penulisnya bang, royalti dikit buku dibajakin).

Balik ke bukunya. Buku kedua trilogi Laskar Pelangi ini bercerita tentang sepasang sahabat yang tinggal di pelosok pulau Belitong sana dan usaha mereka dalam menggapai impian mereka yaitu untuk bersekolah di Eropa. Bagaimana bisa seseorang dari daratan nun jauh bisa bermimpi setinggi itu? Itu bisa terjadi berkat seorang guru bernama Balia. Kebalikan dari Guru Mustar yang galaknya minta ampun, Guru Balia merupakan sosok yang puitis dan melalui kalimat-kalimat puitisnya dia membakar semangat anak muridnya, persis semangat dan usianya yang masih muda. "Bebaskan, bebaskan hidup kalian. Ambil resiko yang paling tinggi, supaya hidup kalian menjadi lebih kaya", "Jengkali Afrika yang eksotis, jelajahi Eropa yang megah". Dari situlah dua sahabat Ikal dan Arai terpukau dan sekonyong-konyong menempelkan peta daratan Eropa di dinding kosan mereka. 

Tapi di tengah-tengah usaha mereka dalam mencapai mimpi tersebut, terjadi hal-hal yang membuat mimpi itu terasa hanya angan-angan semata. Harga timah anjlok, membuat perekonomian di pulau timah itu merosot. Perusahaan timah di pulau itu mem-PHK banyak karyawannya imbas dari harga timah dunia yang turun. Salah satu yang terkena PHK adalah ayah Ikal. Hal ini membuat Ikal dan Arai harus bekerja paruh waktu di pelabuhan untuk membantu membiayai sekolah mereka. Lama-kelamaan mulai merosot semangat Ikal untuk bersekolah, apalagi untuk berpiikir sekolah di Eropa. Nilai-nilainya hancur, turun dari peringkat papan atas ke papan paling bawah. Sebab berbeda dengan Arai yang memang jenius dari awal, Ikal merasa dirinya pintar karena rajin belajar. Sehingga ketika ia lengah sedikit saja, entah karena lelah bekerja paruh waktu atau miris melihat situasi yang makin sulit di kampungnya, ia tertinggal dari Arai dan teman-temannya yang lain. Ia berpikir untuk sekolah di Eropa adalah mimpi konyol yang ia dan Arai telan mentah-mentah dari Guru Balia. Ini kemudian memicu konflik antara Ikal dengan Arai.

Yang menarik dari novel ini bukan hanya kisah perjuangan mereka untuk sampai ke Eropa, tapi juga karakter Ikal dan Arai ini menarik dan unik. Ikal, 8 tahun, anak bungsu dari 7 bersaudara, tiba-tiba saja kedatangan saudara jauhnya: Arai yang baru saja ditinggal ayahnya yang meninggal akibat malaria dan ibunya sudah meninggal saat melahirkan adiknya saat Arai masih sangat kecil. Arai kemudian diangkat anak oleh orang tua Ikal, dan sejak saat itulah mereka berdua tak terpisahkan. Arai yang selalu penasaran akan apapun yang ditemuinya dan Ikal yang selalu ikut ke manapun Arai pergi. Arai, meskipun ditimpa kemalangan yang luar biasa bertubi-tubi dari ia kecil, punya hati yang luar biasa tegar dan semangat yang tak pernah redup. Tercermin dari kata-katanya: "Kalau tidak punya mimpi dan harapan, orang-orang macam kita ini akan mati, Kal", "Kita tidak akan menyerah, kita tidak akan mendahului nasib". Di sepanjang perjalanan membaca novel ini kamu akan menemukan banyak kalimat-kalimat yang bikin merinding.

 Novel ini cocok banget buat dibaca di saat-saat lagi ngedown atau lagi kurang semangat, kalimat-kalimat di novel ini akan menyadarkan kamu "Kayaknya perjalananku belum selesai deh, ayolah coba lagi". Gimana, tertarik buat baca juga nggak?

Funfact: Sang Pemimpi edisi spesial 20 tahun Laskar Pelangi (yang ada di gambar) itu isinya mencakup Sang Pemimpi dan Edensor di edisi sebelumnya, jadi bisa dibilang dua novel itu diringkas jadi satu novel. Makanya Tetralogi Laskar Pelangi sekarang berganti jadi Trilogi Laskar Pelangi. Tapi tenang aja karena nggak mengurangi esensi ceritanya kok dan tetep layak buat masuk whist list. Jadi, selamat membaca.

Identitas Buku

Judul: Sang Pemimpi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun