Mohon tunggu...
hilmi hidayat
hilmi hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya mahasiswa yang suka baca buku

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengelola Konflik dalam Organisasi dengan Menggunakan Strategi Komunikasi yang Tepat

17 Mei 2023   14:28 Diperbarui: 17 Mei 2023   14:39 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengelola Konflik dalam Organisasi

dengan Menggunakan Strategi Komunikasi yang Tepat

Konflik dalam organisasi adalah hal yang tidak dapat dihindari, karena setiap individu memiliki perbedaan pandangan dan nilai yang berbeda-beda. Namun, ketika konflik tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak buruk pada hubungan kerja, kesejahteraan karyawan, dan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk mengelola konflik dengan menggunakan strategi komunikasi yang tepat. Konflik merupakan hal yang umum terjadi dalam organisasi manapun karena terdapat perbedaan pendapat di antara individu-individu yang terlibat. Beberapa orang mungkin tidak dapat menerima atau menghargai pendapat yang berbeda dari orang lain.(Fauzan Ahmad Siregar & Lailatul Usriyah, 2021)

Dampak dari konflik yang terjadi dalam organisasi dapat mengganggu kinerja organisasi dan bahkan dapat menghancurkan organisasi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membentuk lingkungan yang baik dalam mengelola konflik, sehingga konflik tidak mengganggu kinerja organisasi secara serius.

(Liliweri, 2018: 439-440). Terdapat tiga jenis konflik yang biasanya terjadi dalam suatu organisasi. Pertama, konflik tugas yang berkaitan dengan ketidaksesuaian antara tugas yang diberikan dan posisi seseorang dalam organisasi, atau karena perbedaan dalam pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang dibutuhkan dalam tugas tersebut. Kedua, konflik personal yang melibatkan dua orang atau lebih dan disebabkan oleh perbedaan persepsi, pandangan, atau tujuan antara anggota secara pribadi dan tujuan organisasi. Ketiga, konflik prosedural yang timbul karena ketidaksepakatan antara suatu kelompok dengan prosedur yang mengatur mekanisme praktik dalam suatu organisasi.

Pertama-tama, langkah awal dalam mengelola konflik adalah dengan mendengarkan semua pihak yang terlibat. Dalam situasi konflik, seringkali setiap pihak cenderung memandang situasi dari sudut pandangnya sendiri, sehingga sulit untuk mencapai kesepakatan. Oleh karena itu, dengan mendengarkan semua pihak, kita dapat memahami sudut pandang mereka dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi konflik tersebut.(Mohamad Muspawi, 2014)

Selain itu, pastikan bahwa setiap pihak memiliki kesempatan untuk menyatakan pendapat dan menyampaikan kekhawatirannya. Berikan ruang untuk setiap orang dalam tim untuk berbicara dan mendiskusikan masalah secara terbuka. Jangan biarkan satu atau dua orang yang memiliki kepribadian yang lebih dominan mengambil alih diskusi, karena hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan bagi pihak lain.(Distributor et al., 2009)

Selanjutnya, cobalah untuk menemukan titik kesamaan antara semua pihak yang terlibat dalam konflik. Temukan tujuan bersama yang ingin dicapai dan fokus pada solusi yang dapat menguntungkan semua pihak. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa semua pihak merasa terlibat dalam proses dan memperoleh manfaat dari hasil kesepakatan.

Terakhir, lakukan tindakan konkret untuk mengatasi konflik. Jangan hanya berbicara atau berdebat tentang masalah yang terjadi, tapi cobalah untuk menemukan solusi yang nyata dan mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan semua pihak. Pastikan semua pihak terlibat dalam pelaksanaan solusi tersebut dan evaluasi hasilnya secara berkala untuk memastikan bahwa solusi tersebut berhasil dan memuaskan.

Studi kasus yang dialami oleh salah satu karyawan di salah satu perusahaan yag bergerak di bidang digital marketing. Karyawan ini bekerja di bagian editing lalu diberikan tugas kepada nya untuk mengaudit bagian keuangan, Dalam hal ini, karyawan tersebut mungkin mengalami konflik tugas karena ia merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan tugas baru yang diberikan kepadanya. Karyawan tersebut mungkin merasa tidak nyaman dengan tugas baru yang belum dikuasainya, atau merasa tidak cukup terampil untuk menjalankan tugas baru tersebut. Selain itu, ia mungkin merasa kehilangan hubungan dengan rekan-rekannya di lapangan yang menjadi mitra kerjanya sebelumnya, sehingga ia merasa kesepian dan cemas dengan tugas yang diembannya.

Karyawan dalam contoh ini menghadapi konflik tugas yang signifikan ketika diberikan tanggung jawab yang berbeda dari bidang keahliannya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kurangnya keterampilan yang diperlukan, serta perasaan kesepian dan cemas karena kehilangan hubungan kerja dengan rekan-rekan sebelumnya.

  1. Kesulitan dalam Beradaptasi: Karyawan mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan tugas baru yang diberikan. Mereka mungkin merasa tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang cukup untuk menjalankan tugas tersebut. Selain itu, perubahan peran dan tanggung jawab dapat menimbulkan ketidakpastian dan kekhawatiran.
  2. Kehilangan Hubungan dan Keterasingan: Karyawan dapat merasa kesepian atau terisolasi karena tidak lagi bekerja dengan rekan-rekan sebelumnya di bidang editing. Keterhubungan dan dukungan sosial di tempat kerja sangat penting untuk kesejahteraan dan motivasi karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun