Semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diikuti pula oleh pola pikir masyarakatnya. Pola pikir masyarakat menjadi beraneka ragam, ada masyarakat yang memiliki pandangan bahwa air putih itu adalah air bening. Ada juga yang memiliki pandangan bahwa air putih itu adalah susu. Maksud dari contoh tersebut dalam konteks ini adalah seiring berkembangnya zaman masyarakat memiliki pola pikir dan sudut pandang yang berbeda masing masing. Pola pikir dan sudut pandang tersebut belum tentu salah, serta belum tentu dibenarkan. Jika mereka memiliki pembelaan sendiri atas apa yang dikatakan maka hal itu menjadi hak nya dalam membenarkan pendapatnya sendiri, begitu pun sebaliknya.
Sementara itu, Di Indonesia hak untuk berpendapat bagi setiap orang  dijamin oleh undang undang. Entah adanya undang undang itu menyebabkan banyak pola pikir masyarakat yang berbeda beda. Atau dengan adanya  pola pikir masyarakat yang menyebabkan dibuat undang undang tersebut. yang pasti dengan  beragam pola pikir yang ada di masyarakat indonesia membuktikan bahwa bangsa indonesia secara garis besar sudah berani memiliki pikirannya sendiri dan memiliki keyakinan tersendiri untuk menjadikan salah satu dari pedoman hidupnya. Meskipun beragam tetap saja tidak semua pola pikir dan perilaku dibenarkan adanya.
Oleh karena itu, ada beberapa pola pikir masyarakat indonesia yang kurang tepat. Terutama dalam kehidupan sehari hari yang sering kita anggap hal yang sepele. Meskipun hal kecil, tetap saja kita tidak boleh membiarkan suatu hal yang kurang baik tetap ada. Beberapa pola pikir kecil yang sebenarnya salah adalah sebagai berikut:
A. Lebih Cepat Lebih Baik
Memang lebih cepat itu lebih baik. tetapi harus dilihat dulu dalam hal apa bahwa yang disebut cepat itu baik. atau dalam konteks apa yang lebih cepat itu dianggap lebih baik. jika yang dikatakan lebih cepat lebih baik itu adalah dalam perlombaan dengan kemenangan yang ditentukan waktu, maka bisa dikatakan bahwa lebih cepat lebih baik. contohnya dalam lomba makan kerupuk yang paling cepat habis dialah yang memenangkannya. Disisi lain, jika konteks nya adalah substansi, kegunaan, atau prosesnya. Maka sesuatu yang cepat tidak lebih baik dari yang lambat karena yang dilihat adalah proses. Contohnya dalam olahraga, seseorang olahraga 30 menit sehari untuk menghasilkan tubuh yang ideal dan bagus, akan lebih baik jika olahraga nya dalam sehari tidak secepat itu, melainkan lebih lama misalnya 1 jam. Maka orang tersebut akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dibanding yang olahraga lebih cepat darinya. Hal ini membuktikan bahwa sudut pandang orang berbeda beda alam melihat sesuatu. Sesuatu itu bisa dikatakan baik mungkin hanya jika dilihat dari satu sudut pandang saja.
B. Komunisme dan Atheisme
Komunisme itu sungguh berbeda dengan ateisme. Terkadang orang  berasumsi bahwa komunisme sudah pasti ateisme, padahal tentu saja tidak seperti itu. Komunisme merupakan faham dan sistem ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara dan menjadi ideologi dari negara tersebut. sementara ateisme tidak ada sangkut pautnya terhadap ekonomi, ini adalah hal yang religi bukan ekonomi. Hal ini harus disikapi dengan bijaksana. Bahwa komunisme dan atheis itu berbeda, jangan disangkutpautkan dengan hal yang terjadi di negara lain.
C. Golput
Golput merupakan singkatan dari golongan putih yang merupakan istilah dalam politik yang memilih untuk tidak berpartisipasi pada pemilu atau dengan kata lain tidak menggunakan hak suaranya dalam pemilu. Sebenarnya jika dilihat dalam undang undang memang tidak ada yang mengatur tentang pelarangan untuk tidak menggunakan hak suaranya. hal itu tergantung penggunanya mau memakai atau tidak. terkadang sering bermunculan perkataan bahwa seseorang yang golput itu tidak baik, bukan merupakan wakga negara yang baik. hal itu hanya dilihat dalam satu sudut pandang saja. Yang perlu diketahui adalah memilih adalah hak, bukan kewajiban.
D. Gubernur Baru DKI Jakarta
Pemilu tanggal 19 april kemarin menjadi penentu siapa yang akan menjadi gubernur untuk memimpin DKI Jakarta. Pada saat itu suara terbanyak  dimiliki oleh pasangan calon nomor urut 3 yaitu anies dan sandi, setelah itu disusul oleh pasangan calon nomor urut 2 yaitu ahok dan djarot. Segala sesuatu yang terjadi harus diterima oleh masyarakat keseluruhan warga DKI jakarta. Ini adalah bentuk demokrasi dimana yang memiliki suara terbanyak, dialah yang menang.