Mohon tunggu...
Hilmi Azmi
Hilmi Azmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Saya alumni pondok pesantren dan sekarang saya kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Media Sosial

26 November 2024   05:04 Diperbarui: 26 November 2024   07:19 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam dan Media Sosial

Transformasi Praktik Keberagamaan di Era Digital

I . Latar Belakang 

Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam praktik keberagamaan umat Islam. Media sosial seperti Instagram, Facebook, YouTube, dan TikTok telah menjadi ruang baru bagi umat Islam untuk berinteraksi, berdakwah, dan mengekspresikan identitas keislaman mereka. Artikel ini akan membahas bagaimana media sosial memengaruhi transformasi keberagamaan dalam Islam, baik dari segi praktik, pemahaman, hingga dinamika sosialnya.

II. Pembahasan

Platform Baru untuk Dakwah  

Media sosial telah menjadi alat yang efektif bagi para da'i dan tokoh agama untuk menyampaikan ajaran Islam. Sebagai contoh, ustadz-ustadz populer menggunakan platform seperti YouTube dan Instagram untuk memberikan ceramah singkat, menjawab pertanyaan umat, dan memberikan motivasi spiritual. Konten dakwah kini tidak lagi terbatas pada masjid atau pengajian, tetapi dapat diakses kapan saja dan di mana saja.  

Namun, kemudahan ini juga menghadirkan tantangan, seperti munculnya influencer agama yang kadang tidak memiliki keahlian formal dalam bidang keislaman. Fenomena ini memunculkan perdebatan mengenai otoritas keagamaan di ruang digital.  

Media Sosial dan Pola Interaksi Keberagamaan  

Media sosial telah mengubah pola interaksi umat Islam. Praktik keberagamaan kini semakin individualistik namun tetap terhubung secara virtual. Contohnya, pengguna dapat mengikuti kajian daring tanpa harus hadir secara fisik di tempat tertentu. Selain itu, media sosial memungkinkan terbentuknya komunitas virtual, seperti grup hijrah, komunitas penghafal Al-Qur'an, hingga kelompok diskusi keislaman lintas negara.  

Namun, polarisasi dan konflik juga sering muncul di media sosial, terutama terkait perbedaan pandangan keagamaan. Perdebatan antara kelompok konservatif dan progresif sering kali terjadi di ruang maya, yang kadang mengarah pada perpecahan atau bahkan cyberbullying.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun