Gersang ladang sejauh pandang
Tandus, lambang kesuraman
Sawahku dehidrasi!
Adakah kau tahu, siapa dalang semua ini
Padi tidak berbulir
Tegak, tidak mau menghormat
Sawahku disabotase!
Adakah kau tahu, siapa dalang semua ini
Hujan riuh mendera, bermandi padi
Hingga tenggelam, pun juga impian
Sawahku overdosis!
Adakah kau tahu, siapa dalang semua ini
Mesin raksasa meratakan
Rumah-rumah besar ditanamkan
Sawahku lenyap!
Adakah kau tahu, siapa dalang semua ini
Ratu itu, dewi sri sebut mereka
menitahkan kesuburan, meniupkan angin keberhasilan
Entah bagaimana kepercayaan itu begitu lekat
Tak tahu siapa pendakwah pertamanya
Ratu itu, dewi sri sebut mereka
menghujamkan paceklik, melenyapkan keindahan
Jika murka merasuki kecantikannya
Bukankah sinaran agama sudah sampai
Tapi masih ada takhayul tersimpai
Kamu berlogika bukan? Kamu ber-Tuhan bukan?
Sekarang, jawablah
Adakah dewi sri nyata di kedua matamu?
Adakah jejak langkah ratumu itu bisa ditelisik?
Semua retorika, tak butuh jawaban
Kamu pun bungkam, diam, meragukan
Tuhan Maha Cinta, Tuhan Maha Kaya
Pemilik segala masa, segala rupa, segala hawa
Penguasa alam, gemerlap-suramnya, terang-kelamnya
Hidup adalah untuk menggapai cinta-Nya sepenuh jiwa
Jika nama dewi padi itu membudaya, maka itu sekedar nama
Jika ceritanya membahana, maka itu cuma cerita
Dia akan tetap bersembunyi, takkan pernah menampakkan batang hidungnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H