Bagaimana kalau Anies-Sandi menang, dan Ahok tumbang? Apa yang akan terjadi dengan masa depan Jakarta ke depan? Pertanyaan paling mendasar ini menjadi menarik untuk di jawab karena tidak bisa dipungkiri kans Anies-Sandi untuk menjadi pemenang tidak bisa disepelekan, meski beberapa hari terakhir, reputasi keduanya “diubek” dengan isu basi. Dijelaskan beberapa kali supaya paham, tapi tetap “dipaksakan” terus untuk dijadikan amunisi murahan.
Kira-kira, bagaimana kalau Anies-Sandi menang?
Akan ada beberapa kondisi yang mungkin bisa diramalkan, diantaranya:
Pertama, kita tidak akan menemukan lagi Gubernur Jakarta yang suka menyampaikan sesuatu dengan cara yang kasar dan arogan, bahkan untuk kebenaran dan kebaikan. Semuanya harus disampaikan dengan cara yang elegan, termasuk untuk keberhasilan dan prestasi tertentu. Perkataan yang sarkas, apalagi disampaikan di depan banyak orang, mempunyai efek psikologis luar biasa terhadap seseorang, yang tak akan terhapuskan hanya dengan kata maaf.
Kedua, tak ada lagi Gubernur yang suka menyalahkan dan hobi mencurigai rakyatnya yang kelimpungan. Tak ada lagi Gubernur yang sesumbar mengatasi banjir, tapi ketika diguyur hujan hanya beberapa jam, banjir kembali datang, dan sang Gubernur kemudian mencari kambing hitam dengan mengatakan, ada orang-orang yang sengaja menginginkan Jakarta banjir. Gubernur tugasnya hanya berusaha dan mengupayakan segala hal yang menjadi tugasnya, bukan hasilnya. Tunjukkan kalau bekerja, rakyat akan menerima meski tidak tercapai, bukan melupakan “faktor X” lalu sesumbar dengan kalimat yang “menawan”. Itu tidak ditemukan dalam sosok Anies Baswedan.
Ketiga, tak akan ada lagi Gubernur yang namanya disangkut-pautkan dalam pusaran kasus-kasus korupsi berskala besar, apalagi dalam pusaran Sumber Waras dan Reklamasi. Komitmen Anti Korupsi Anies sangat jelas dan bernas, dan itulah kenapa ada tiga mantan Komisioner KPK yang mendukungnya (Bambang, Adnan, dan Ruki). Tentang TPG (Tunjangan Profesi Guru) yang secara “sadir” dituduhkan kepada Anies? Aduh, itu isu basi yang tetap dipaksakan meski sudah dijelaskan beberapa kali. Toh, kalau pun Anies terlibat, KPK dan Penegak Hukum lainnya pasti cepat bergerak. Kenapa? Ini 23 Triliun!; Anies tidak mempunyai proteksi politik. Buktinya? Nonsense!
Keempat, tak akan ada lagi pembangunan yang dilakukan dengan cara “sadis”, membuat warga Jakarta menjerit dan menangis. Selalu ada cara yang lebih cantik; selalu ada jalan melakukan komunikasi yang baik. Komunikasi menjadi kunci penting yang dimiliki Anies. Ia bisa datang dengan hati, sehingga kemungkinan akan diterima dengan hati juga. Membangun Jakarta, adalah membangun manusianya. Memajukan kota, dan membahagiakan warganya.
Kelima, kenapa program-program Anies-Sandi selalu diserang dan “dihinakan” sedemikan rupa di media sosial? Karena program-program itu berbahaya dan bisa memengaruhi warga untuk memilih. Program-program luar biasa, yang kalau bisa diwujudkan akan “menelanjangi” mereka yang selama ini nyinyir,dan harus percaya program itu bisa dilaksanakan.
Kenapa Anies dianggap akan merusak tenun kebangsaan ketika mengunjungi FPI? Karena mereka tahu, mengunjungi FPI akan membahayakan mereka dan Anies akan semakin berjaya. Padahal, apakah kalau Anies mengunjungi FPI semua suara FPI akan dikuasai Anies? Apakah nanti kalau jadi Gubernur Anies akan jadi “kacung” FPI? Tidak akan! Sama sekali tidak akan!. Kenapa itu diviralkan? Karena Ahok tidak akan bisa “damai” dengan FPI. Padahal, pemimpin harus berdiri untuk semua kelompok dan golongan.
Keenam, akan ada kemajuan yang akan melebihi Gubernur sebelumnya, terutama untuk sektor penting sebagai penunjang kemajuan, yaitu pendidikan, harga bahan-bahan kebutuhan yang murah, dan tentu saja akan bertambahnya pekerjaan karena prinsip yang digunakan adalah pemberdayaan. Ketiganya, masih kita rasakan begitu rendah untuk kota maju sekelas Jakarta, Ibu Kota Indonesia.
Pastinya, kalau Anies Baswedan jadi Gubernur, kita akan menemukan kesejukan dengan tanpa melupakan kerja dan upaya mencapai keberhasilan yang menjadi tujuan dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur. Jakarta yang lebih ramah, karena pucuk pemimpinnya tegas tapi tidak suka marah-marah “tanpa arah”. Jakarta yang indah, yang akan menjadi tempat mendapatkan hidup yang sumringah. Tidak percaya? Mari buktikan! Pilih Anies-Sandi pada putaran kedua nanti.