Maka, beliau pun memutuskan untuk menyusun sebuah buku khotbah, buku ini diterbitkan pada salah satu penerbit di Tangerang Selatan
Buku setebal 314 halaman itu, pada Maret tahun lalu, beliau gratiskan satu buah ke saya. Walaupun, tema-tema yang dibahas memang agak mirip dengan buku khotbah kebanyakan.
Namun, yang membedakan dari karya yang digarap dosen sejarah peradaban Islam IAIN Ternate itu, adalah kualitas materi. Lantaran, kaya referensi.
Sehingga, ketika kita membaca, memang agak berbeda dengan buku khotbah yang ditulis oleh para dai dan ustadz lainnya. Berbeda, karena ada muatan kearifan lokal yang tulis dengan pendekatan ilmiah.
Sejujurnya, ingin dikatakan bahwa beliau adalah dosen sejarah peradaban Islam, yang sering melakukan penelitian tentang sejarah Islam di bumi Moloku Kie Raha. Sehingga, gaya penulisan pun seirama dengan sastra lisan bermuatan religius.
Seperti pesan yang disampaikan beliau pada salah satu tema yakni Idul fitri dan hubungan silahturahim (perspektif Moloku Kie Raha).
.... "Moloku Kie Raha merupakan daerah Kesultanan, daerah yang mempunyai adat se atorang yang terkait erat dengan kitab Allah dan Sunnaturasul, Qur'an i sinita-nita, ulama lamo-lamo i siworo makna. Duga badan macilaka si fo madoto ua. Bolo wasu nga boseng si fo mote ena.
(Qur'an menerangkan seterang-terangnya, ulama besar membentangkan maknanya, hanya celaka diri sendiri kita tak pelajari, ataukah kita menuruti diri sendiri).
Selain itu, pada tema-tema lainnya pun tak kalah menarik, sangat kaya referensi, sehingga pesan yang disampaikan pun sangat menyentuh bagi para pendengar.
Dan, boleh disebut ini merupakan buku kumpulan khotbah yang paling menarik dan responsif terhadap diskursus soal tema keagamaan era kontemporer saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H