Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita | Melihat Dari Dekat Aktivitas Warga di Kali Bibinoi Kecamatan Bacan Timur Tengah, Halmahera Selatan

21 Oktober 2021   02:18 Diperbarui: 24 Oktober 2021   14:18 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan seperti ini sering dijumpai pada pagi hari di Kali Bibinoi/dokpri

Matahari lamat-lamat mulai menghangat, bunyi kendaraan roda dua dan empat saling bersahutan menandai aktivitas pagi hari, udara pagi yang segar menemani langkah para bocah menuju ke sekolah, raut  wajah mereka terpancar senyum bahagia, dan sesekali terdengar celotehan ringan dan tawa canda, mengekspresikan kebahagiaan di senin pagi.

Di langit, burung rangkong (Knobbed hornbill) dari arah Barat membentuk formasi arrow head   menuju ke timur, meraka pun seakan gembira menyambut kehangatan di pagi hari, sehingga menambah indahnya pemandangan di desa Bibinoi, Senin (18/10/2021) pagi. 

Jenius Woy (30) warga yang tinggal di dekat kali Bibinoi menggusur gerobak membawa air menuju rumahnya/dokpri
Jenius Woy (30) warga yang tinggal di dekat kali Bibinoi menggusur gerobak membawa air menuju rumahnya/dokpri

Pagi itu, angin bertiup sedap menyejukkan tubuh, di dekat kali Bibinoi, Jenius Woy (30) menyiapkan jeringan berukuran 30 liter sebanyak tiga buah di dalam gerobak kayunya, sementara salah satu kerabatnya, terlihat lebih dulu menggusur troli sorong pasir menuju ke kali dengan membawa sebuah galon dan tiga jerigen berukuran 5 liter.

Rupanya, mereka memulai aktivitas pagi hari dengan mengangkut air kali untuk kebutuhan seharian di rumah, lantaran semalam lampu padam, membuat aliran air PDAM yang biasanya dialiri ke rumah-rumah warga tiba-tiba terhenti.

Salah seorang warga menggusur gerobak membawa air ke rumahnya/dokpri
Salah seorang warga menggusur gerobak membawa air ke rumahnya/dokpri

Warga desa Bibinoi memang mengkonsumsi air bersih dari PDAM, dan air tersebut disaring melalui air kali Giwe Marahai di belakang perkampungan, namun terkadang kondisi lampus PLN yang sering padam membuat sejumlah warga yang tinggal di dekat kali Bibinoi, harus memanfaatkan air pada kali tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Dan memang kondisi air di kali Bibinoi pun tidak jauh berbeda dengan air yang dialiri menggunakan pipa PDAM ke rumah-rumah warga -- sangat jernih. Sehingga, sulit dibedakan antara air dari saringan pipa PDAM dan air kali Bibinoi.

Jenius mulai menggusur gerobaknya dengan sangat hati-hati, menuju ke tepi kali, ia mulai menuruni undakan dan berjalan menuju ke tengah kali, mengisi satu persatu jerigen yang di bawanya. Dan membawa kembali ke grobak dan menggusur menuju rumah.

Salah seorang warga mengambil air di kali Bibinoi dengan menggunakan Galon/dokpri
Salah seorang warga mengambil air di kali Bibinoi dengan menggunakan Galon/dokpri

Sementara empat wanita, duduk berderet di tepi kali memunggungi rumah, mereka terlihat asyik ngobrol sambil menyuci pakaian. Dan, di dekat tempat keempat perempuan tersebut, seorang bapak bersama anaknya membersihkan kendaraan mereka, sebelum melanjutkan perjalanan menuju ke desa Tutupa, yang tak jauh dari desa Bibinoi.

Kali Bibinoi, kini belum ada pembangunan jembatan penghubung, sehingga warga yang bepergian ke desa Tutupa, Tabapoma Tomara dan Wayatim, harus menerobos air kali, dan sudah berlangsung lama.

Seorang warga seusai mencuci kendaraannya dan kembali pulang ke rumah/dokpri
Seorang warga seusai mencuci kendaraannya dan kembali pulang ke rumah/dokpri

Terkadang bagi warga empat desa tersebut harus menunggu  di tepi kali hingga air kali kembali surut, atau kala berpapasan dengan debit air kali yang makin tinggi, seusai turunnya hujan, terpaksa mereka mengurung niat untuk melanjutkan perjalanan ke kampung mereka lantaran kondisi air kali sangat deras.

Kondisi seperti ini seperti saya dan istri alami pada 2019 lalu, ketika berkunjung ke keluarga mertua di desa Tutupa, kami terpaksa tidak dapat melanjutkan perjalanan, dan kembali pulang ke rumah, hingga esok hari, saat kondisi air mulai surut barulah kami bisa mencapai desa Tutupa.

Sama halnya dengan kami, petugas kepolisian yang mengantar logistik pemilu 2019 ke empat desa (Tutupa, Tabapoma, Tomara dan Wayatim), mereka pun bernasib seperti kami. Lantaran takut, logistic tersapu derasnya air kali, sehingga mereka pun terpaksa menginap di rumah warga hingga pagi hari, dan kembali melanjutkan perjalanan.

Salah seorang Bapak dan anaknya mendorong sepeda motor mereka melewati kali Bibinoi/dokpri
Salah seorang Bapak dan anaknya mendorong sepeda motor mereka melewati kali Bibinoi/dokpri

Sebab, bepergian ke empat desa tersebut, bukan hanya melewati kali Bibinoi, namun masih ada tiga kali yang letaknya berada di depan kali Bibinoi, dan jaraknya juga tak jauh.

 Jika kali pertama karena letaknya di perkampungan Bibinoi, sehingga warga menyebutnya kali Bibinoi, namun perihal penyebutan nama tersebut hingga kini belum tahu pasti, yang jelas bahwa warga lebih familiar dengan sebutan kali Bibinoi.

Sementara tiga kali sesudah kali Bibinoi, yakni kali kedua atau kali Raim, dan yang ketiga (Kali Mou) dan keempat (Kali Balipota). Jika, setelah dar kali Bibinoi dan melewati  tiga kali tersebut, maka perjalanan kita semakin mudah untuk mencapai desa Tutupa, Tabapoma, Tomara dan Wayatim.

Pemandangan seperti ini sering dijumpai pada pagi hari di Kali Bibinoi/dokpri
Pemandangan seperti ini sering dijumpai pada pagi hari di Kali Bibinoi/dokpri

Posisi keempat desa tersebut sebenarnya berada di pesisir pantai, sehingga dulu, sebelum pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan membangun jalan darat, warga dari keempat desa itu, memang menempuh perjalanan laut dengan loangboat atau kapal kayu.

Namun, sejak pembangunan jalan darat tuntas dikerjakan, warga memilih menempuh perjalanan darat, lantaran bagi mereka jarak tempuhnya lebih dekat ketimbang menggunakan transporasi laut. 

Hanya saja, kendala yang sering dialami jika menggunakan kendaraan roda dua maupun empat adalah saat musim penghujan, karena kondisi derasnya air kali menjadi penghalang bagi mereka, untuk tiba ke rumah tepat waktu.

Kondisi terkini pada salah satu sisi Kali Bibinoi saat musim panas/dokpri
Kondisi terkini pada salah satu sisi Kali Bibinoi saat musim panas/dokpri
Sebenarnya, jika menggunakan transporasi laut, mata kita dimanjakan dengan pesona pantai nan indah, sepanjang perjalanan, kita melihat pohon mangrove memagari pesisir pantai, ditambah jika kondisi air laut yang tenang-jernih, seakan perjalanan kita ke empat desa tersebut seperti kita ber-traveling.

Dan apabila dalam perjalanan, mendapati cuaca sedikit berangin, maka dari kejauahan kita menyaksikan ombak mewewah mengalun pelan dan bersahabat, serta tiupan angin membuat daun pepohonan kelapa berayun-ayun lembut, seakan mengikuti perintah ke mana angin bergerak dan rindangnya pohon  mangrove yang diganggu angin pantai.

Begitu pun juga terkadang cuaca laut yang teduh, maka dari kejauhan kita menyaksikan laut yang membiru tenang, ditambah satu-dua-tiga perahu mengembangkan layarnya, menambah indahnya pemandangan sepanjang perjalanan menuju ke empat desa tersebut.

Setelah tiba di pantai,  apabila kita mendapati para nelayan yang kembali pulang, dan menjual hasil tangkapannya, mereka menggelar bermacam ikan, sangat memancing selera untuk kita merogoh kocek dan membeli hasil tangkapan nelayan tersebut dan mmebawa ke rumah untuk santapan siang hari -- ikan bakar, ikan kua kuning.

Sejumlah ibu rumah tangga memanfaatkan air di Kali Bibinoi untuk mencuci pakaian/dokpri
Sejumlah ibu rumah tangga memanfaatkan air di Kali Bibinoi untuk mencuci pakaian/dokpri
Sementara jika kita bepergian menggunakan transportasi darat, maka kita sering menemukan Kera Bacan (Macaca nigra) yang keluar di dekat perkampungan, sehingga apabila kita membawa kamera DSLR, kita dapat abadikan momen langkah tersebut. 

Begitu juga, di langit, burung rangkong atau burung Taong sering beterbangan bergerombol, menambah indahnya suasana perjalanan kita.

Kera Bacan maupun Burung Rangkong memang hidup liar di hutan Bacan Timur Tengah, namun dua satwa tersebut masuk daftar yang dilindungi, sehingga warga selalu menjaganya dari ancaman kepunahan.

 Lantaran berdasarkan UU RI No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem dan Permen LHK No. 20 tahun 2018 tentang Penetapan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi. Regulasi inilah membuat warga terus menjaga keberadaannya.

Sisi Barat Kali Bibinoi/dokpri
Sisi Barat Kali Bibinoi/dokpri

Selain kedua satwa dilindungi itu, pohon mangrove yang ada di desa Bibinoi maupun keempat desa tersebut, hingga kini tetap terawat dengan baik, ini lantaran mereka sangat menjaga lingkungan pada tiap-tiap desa mereka. 

Salah satu bukti kecintaan warga terhadap lingkungan, terlihat jelas pada Kali Bibinoi maupun tiga kali: Raim, Mou dan Balipota. Kebersihan kali sangat terjaga dengan baik, warga menjaga kebersihan pada kali, karena mereka menganggap air pada kali merupakan aset berharga untuk kelangsungan hidup, jika air kali tercemar sampah, maka dapat mempengaruhi kesehatan warga.  Sebab, air kali adalah sumber penghidupan.

Namun, wujud kepedulian warga terhadap kebersihan lingkungan, terlebih keempat kali tersebut, harus disertai perhatian pemerintah, yakni membangun jembatan penghubung, agar akses warga semakin mudah untuk menjangkau antar desa, serta distribusi hasil tani ke pusat kota Labuha, tidak lagi menemui hambatan seperti saat ini.

Walaupun saya tidak menetap di desa Bibinoi Kecamatan Bacan Timur, tapi setidaknya sering berkunjung ke Bibinoi, maupun desa Tutupa, sehingga harapan saya, semoga kepemimpinan Bupati/wakil Bupati Halmahera Selatan H. Usman Sidik dan Hasan Ali Basam Kasuba, setidaknya pembangunan jembatan penghubung pada keempat kali tersebut menjadi prioritas selama kepemimpinan mereka, agar warga keempat desa dapat melewati jembatan penghubung dengan senyum gembira mengembang di wajah mereka. Semoga!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun