Saya mulai mengenal namanya semenjak resmi bekerja sebagai PNS di STAIN Ternate pada 2006 silam. Kala itu, pegawai administrasi pun belum terlalu banyak, sehingga dengan cepat kami saling mengenali satu sama lainnya.
Sosok Ramli La isi yang saya kenal ketika itu, yakni berkepribadian introvert, giat bekerja dan tidak pernah terlihat dia melintangi pembicaraan teman-temannya; baik di dalam kantor maupun pada saat ngobrol lepas di halaman kampus..
Selain dikenal sebagai pribadi pendiam, namanya sangat familiar di kalangan dosen, lantaran salah satu tugas pokoknya di Subbag Kepegawaian yakni menghitung angka kredit dosen STAIN Ternate.
Sehingga, kadang terdengar gurauan para dosen dengan menyebutnya "lelaki DUPAK". Kelakar seperti ini sering kami dengar, karena memang saat itu, hanya beliau lah satu-satunya pegawai di STAIN Ternate yang cukup memahami terkait Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) Dosen.
Cara kerjanya juga seolah menduplikat kinerja mantan pimpinan unitnya Drs Sabtu Reniwuryaan yaitu: giat bekerja, berpikir taktis berdasarkan regulasi, memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan menjaga hubungan baik antar sesama pegawai.
Hal ini diinternalisasi dalam dirinya dan mulai terlihat jelas kala dia dipercayakan menjadi Kepala Sub Bagian Kepegawaian IAIN Ternate. Jarang, dan hampir tidak pernah mendengar dia berselisih paham dengan staf nya hanya karena persolan kinerja. Inilah membuat dia berbeda dengan semua pimpinan unit di IAIN Ternate.
Karena menghitung angka kredit dosen merupakan salah satu tugas pokoknya di Subbag Kepegawaian, sehingga begitu dia dipindahkan menempati jabatan di Fakultas, dia pun masih sering membantu para dosen, ketika pengusulan kenaikan pangkat maupun jabatan fungsional. Sehingga, boleh disebut beliau lah trigger atas tahapan jenjang karier dosen di IAIN Ternate.
Mendapat amanah menjadi Kepala Sub Bagian pada Fakultas, memantik beliau ingin melanjutkan studi pascasarjana. Terlebih, di program pascasarjana IAIN Ternate ada program studi Hukum Keluarga (HK), membuat beliau bertekad meraih gelar magister.
Walaupun, perjuangan meraih gelar S-2 melahirkan cerita pilu, namun beliau tak pernah pantang menyerah, inilah cerita yang beliau sampaikan kepada saya di dalam ruang baca Perpustakaan Pusat IAIN Ternate, ketika saya membantu mencari sejumlah referensi untuk beliau menyelesaikan tugas makalahnya.
Syahdan, pada suatu siang yang cerah di medio Oktober 2020 lalu, dia melintasi di depan gedung perpustakaan dengan kecemasan jelas tergambar di wajahnya. Langkahnya mulai diperlambat, ketika melihat saya berada tepat di sisi kanan depan perpustakaan.