Fatimah menatap gusar pada Farhan pemuda berbahu lebar itu sedari tadi terus mengganggunya, memang Fatimah tidak menyukai tipe lelaki yang berpenampilan tidak rapih, walaupun Farhan dikenal sebagai seorang aktivis, namun untuk soal percintaan Fatimah sangat selektif. "Bapak tidak ingin engkau berpacaran dengan anak-anak mahasiswa," kata bapaknya sejak mengantar Fatimah mendaftar sebagai calon mahasiswa baru.Â
Sebenarnya perkataan bapaknya bukan tanpa alasannya, Dandi sang kakaknya sejak kuliah juga aktif pada organisasi, namun sering terlibat pada kegiatan dan berbagai aksi demonstrasi mahasiswa, membuatnya tidak terlalu mementingkan studi, hingga akhirnya pun di drop out dari kampus.Â
Dan, sejak surat yang pemberhentian Dandi dikantongi bapaknya, mulai saat itu juga, harapan kedua orang tuanya beralih pada Fatimah. Walaupun, sang ibunya pernah membujuk agar si Dandi pindah pada perguruan tinggi lain, namun rasa trauma dan kecewa bercampur erat menjadi benci, sehingga bapaknya tak sudi mengeluarkan biaya perkuliahan lagi untuk Dandi.Â
"Biarlah, dia menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang dia inginkan,"
"Sedari awal, kan Bapak udah ngomong, walaupun aktif pada organisasi tapi harus fokus mengikuti perkuliahan,"Â
"Kalau sudah terjadi seperti ini lantas harus bagaimana?" Kata Pak Haikal kepada istrinya, seraya meminta kepada istrinya membuat segelas kopi. "Ta...ta...pi," dengan gugup Bu Jamila mencoba memotong percakapan suaminya, "Pokoknya tidak! Titik!."Â
Pak Haikal sangat paham, apa yang akan disampaikan istrinya itu, lantaran sejak Dandi dikeluarkan dari kampus, dia terus berupa agar suaminya mencari perguruan tinggi lain agar Dandi bisa berkuliah kembali. Namun, upaya tersebut selalu kandas, lantaran Pak Haikal memang dikenal sangat tegas, sehingga jabatan Rukun Tetangga (RT) pun diembannya sudah hampir 15 tahun tanpa ada yang berani menggantikannya, lantaran warga sangat menyukai sikap ketegasannya.Â
Ingatan Fatimah pada percakapan ayah dan ibunya tiba-tiba lenyap, setelah temannya menghampiri dan memeluknya. "Ayo! Kita ke kantin, nanti disusul Mira, Rina dan Baya," ujar Ratih, sambil memegang tangan Fatimah.
"Maaf, Ratih, ngomong-ngomong si Farhan pernah sampaikan sesuatu kepada kamu gak?"Â
"Tentang!" jawab Ratih