Tulus, kalimat ini menggambarkan perasaan kasih sayang seorang ibu terhadap anak. Hal tersebut terlihat jelas sejak pada periodesasi kehamilan, usia balita, maupun di kala anak beranjak dewasa, hingga resmi berumah tangga.
Kasih sayang ibu tetap menderas dan tidak mengenal batas waktu. Karena, ketulusan cinta dalam merawat dan mendidik anak. Sehingga, peran ibu pun sangat diapresiasi seperti ditegaskan dalam sebuah hadis, "Al-Jannatu tahta aqdamil ummahaat" (Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu). Ungkapan ini pun sangat populer di saat perayaan hari ibu pada setiap tahun, tepatnya 22 Desember. Di semua platform media sosial, terlihat kutipan hadis tersebut mewarnai ucapan terima kasih kepada seorang ibu.
Tentu, ekspresi muhibah anak-anak kepada ibu, pada perayaan Hari Ibu, tidak serta merta mengabaikan peran seorang Ayah. Walaupun begitu, Ibu tetap mendapat perhatian penuh, lantaran sifat kasih sayangnya jauh lebih besar dari ayah. Karena, ibu dipandang sebagai sosok penting di balik tumbuh kembang anak-anak dalam rumah tangga. Sehingga, pada lirik kasidah, grup Nasida Ria disebutkan, derajat ibu tiga tingkat dibanding ayah.
Sama halnya, karena ketulusan cinta ibu terhadap anak, musisi kondang Indonesia Iwan Fals dalam syair lagunya tentang Ibu mengungkapkan perihal kasih sayang seorang ibu, ....Kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalasnya, ibu...ibu. Baik, potongan syair kasidah di atas, maupun dari Iwan Fals, jika kita merenunginya, pasti berderai air mata, lantaran pengorbanan Ibu kepada kita jauh lebih besar dan tidak bisa ditakar menggunakan teknologi apapun untuk mengukur kadar kecintaan ibu terhadap kita.
Karena ketulusan cinta seorang ibu kepada anak-anak. Sehingga, kita dituntut senantiasa menghormati ibu kita, menjaga, dan merawat mereka dikala berada pada usia senja.
Namun, terkadang dalam kehidupan, sering kita temui fakta-fakta memilukan, seperti kasus penganiayaan anak terhadap ibu mereka; seorang anak yang lebih mementingkan istrinya dan mengabaikan seorang ibu. Begitupun tak jarang kita membaca berita atau menyaksikan tayangan pada televisi, seorang anak tega memperkarakan ibunya di pengadilan, hanya karena dipicu persoalan sepele terkait harta.
Kasus semacam ini, tentu menyentak kita semua, mengapa setega itu seorang anak memperlakukan ibunya. Padahal, jika kita merenungi perjuangan ibu, seperti flashback ke masa kecil, seorang ibu membesarkan dan mendidik kita, dalam keadaan sedih, maupun bahagia, kasih sayang ibu sangat tulus, apapun yang kita inginkan pasti dipenuhi seorang ibu.
Walau sesulit apapun, untuk menghadirkan keinginan kita tersebut, ibu tak pernah mengeluh atau mengekspresikan kekesalannya kepada kita. Justru itu, kita dituntut selalu menghadirkan senyum kebahagiaan di wajah ibu, dan hindari perbuatan yang dapat melukai hatinya.
Karena keikhlasan kasih sayang ibu kepada kita. Sehingga, perjuangan ibu merawat dan mendidik kita hingga menjadi anak yang sukses, ibu tak pernah mengharapkan imbalan atas jasanya, dia hanya merasa bangga atas capaian perjuangannya tersebut.
Terlebih melihat kita hidup bahagia. Pasti di wajahnya memancarkan keceriaan, karena baginya, kebahagiaan seorang anak jauh lebih penting atas segalanya. Sehingga, tak jarang kita sering mendengar ungkapan "seorang ibu mengorbankan kebahagiaan dirinya, demi menghadirkan kebahagiaan anaknya." Itulah arti kasih sayang yang tulus seorang ibu kepada anak.