Jika awalnya Pak Arif bersama keluarganya saling membahu mencangkul dan meratakan tanah, pagi itu, Kamis, (26/3/2020) terlihat Rifaisal (38) tetangga Pak Arif, dan Pak Aminuddin (41) Dosen pada Akademi Keperawatan Ternate, turut serta bersama Pak Arif dan keluarga bekerja.
Setelah istirahat pada pagi hari, karena jalani rutinitas pada malam hari seperti membaca dan menulis. Sore itu , badan kembali fresh, lalu saya bergabung dengan Pak Arif, Rifaisal dan Pak Mantri, panggilan akrab Pak Aminuddin, kami saling bergantian mencangkul dan mengangkat tanah untuk dibuang pada salah satu kintal kosong di dekat rumahnya Pak Arif, sementara sebagian tanah yang terlihat subur dimanfaatkan oleh Pak Mantri dan beberapa warga mengisi di Polybag untuk menanam sayur.
Aktivitas mencangkul dan meratakan tanah agar menjadi badan jalan setapak, kami kerjakan selama tiga hari, dari pagi hingga Sore lalu dilanjutkan pada malam hari sesuai sholat Isya, sehingga tanah dengan lebar 3 meter dan panjang sekira 25 meter dan ketebalan setinggi 80 centimeter itu, terlihat rapih dan terbentuk badan jalan setapak.
Pekerjaan yang kami kerjakan, tidak membutuhkan waktu begitu lama, karena lima anak muda yang bekerja membuat plafon dan plester dinding rumah milik Kakak Ipar Pak Arif, mereka turut membantu mencangkul dan mengangkat tanah menggunakan gerobak besi beroda satu, kelima pemuda itu adalah Muhatir, Wera, Ical, Amrin dan Moyo.
Selama bekerja, konsumsi ditanggung oleh Pak Arif dan istrinya beserta kakak iparnya. Setelah badan jalan setapak terbentuk, pada hari berikutnya kami saling membantu membuat pagar di depan rumah Pak Arif dan kakak iparnya, sehingga lokasi yang awalnya terlihat kotor karena ditumbuhi rerumputan menjadi bersih, dan bisa dilewati oleh kami, dan dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bermain pada sore hari.
Di lingkungan kami, awalnya hanya ada beberapa rumah, sehingga lingkungan kami terlihat masih sepi. Namun, saat ini sudah terlihat begitu banyak rumah warga, karena warga yang membeli sejumlah kintal dan sudah membangun rumah mereka, sehingga beberapa teman saya sempat bingung saat berkunjung ke rumah saya, mereka tak menyangka tanah yang terlihat masih kosong itu, kini sudah berdiri rumah yang saling berdempetan.
Warga yang membangun rumah mereka, ikut berdampak pada jalan yang setiap hari kami lewati, sehingga terpaksa kami pun membuat jalan baru -- pada jalan utama yang menghubungkan lingkungan BTN dan Kelurahan Marikurubu, tepatnya di lingkungan kami, jalan dengan panjang sekira 300 meter itu sudah di hotmix, hanya saja jalan menuju ke rumah saya termasuk rumahnya Pak Arif, belum tersentuh pembangunan yaitu belum diaspal.
Jalan yang belum diaspal, membuat kami harus hati-hati jika melewati, terlebih pada musim hujan. Dan pekerjaan membuat badan Jalan yang telah selesai dikerjakan oleh kami, semoga secepatnya mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Ternate, untuk di aspal maupun memasang paving block.
Entah nantinya, diaspal atau dipasang paving block, itu merupakan kewenangan dari Pemerintah Kota, tugas kami hanya bekerja membuat badan jalan.
Cerita soal pekerjaan membuat badan jalan, ini merupakan hikmah dari pemberlakuan social distancing terkait hindari wabah virus Corona atau Covid-19, sehingga kami memiliki begitu banyak waktu di rumah, lalu dimanfaatkan untuk bakti sosial (baksos), karena sebelumnya kami selalu sibuk dengan aktivitas kami di kantor, Sekolah, maupun di Kampus, sehingga waktu liburan pada hari sabtu dan minggu memang tidak bisa dimanfaatkan untuk menggelar bakti sosial (baksos), karena harus terlibat dengan rutinitas di rumah.
Pekerjaan mencangkul dan meratakan tanah untuk membuat bahu jalan setapak, nantinya menjadi cerita di hari esok bagi anak-anak kami, semuanya karena berawal dari kebijakan social distancing dari Pemerintah karena Covid-19.