Terngiang dalam benakku kalimat: "aa rengse keun kuliah" (a selesaikan kukiah). Ucapan tersebut masih melekat dalam ingatan, terucap dari seorang ibu yang sangat tangguh.
Ibu ku sosok motivator terhebat yang mampu membangkitkan asa yang melemah. Ucapan wasingkat seorang ibu membangkitkan dari keterpurukan. Tak terbayangkan telah menyelesaikan pendidikan s2 tanpa motivasi dari motivator ulung keluarga.
Namun sejak 2003 motivator terhebat meninggalkan tuk selamanya, dipanggil sang Maha Kasih, Allah Swt. Walaupun sempat merasakan kehilangan yang sangat dalam, tapi keyakinan diri bahwa itu yang terbaik karena derita kanker yang sudah stadium 3, pasrah sumerah diri.
Rasa senang dan bangga ketika dapat menyelesaikan pendidikan s1 dan s2 bercampur rasa sedih, menangispun tak tertahankan, karena tidak dihadiri motivator terhebat.
Kasih sayang ibu yang begitu tulus dan suci tak tergantikan, apalagi tuk membalas.
Hanya doa doa dan doa serta pembuktian diri tuk bermakna dalam hidup, bermakna bagi diri, keluarga dan sesama.
Terima kasih ibu (mimih) atas segalanya yang tak terbalaskan, moga senantiasa Dimaafkan kesalahannya, diluaskan alam kuburnya, diberikan nikmat alam kubur dan ditempatkan di surganya Allah Swt. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H