Alam menari dengan gemulai:
Bola biru berputar
Ada gelap ada terang
Di antaranya ada buih berlarian menuju tepi
Berayun-ayun dilatari gemuruh air
Ditadahi gemerisik pasir
Air dari laut membasahi pasir
Angin di udara lawan sengatan mentari
Menunggu
Entah air laut memcahnya
Entah pasir menelannya
atau mungkin angin membuangnya
sementara mentari akan melelehkannya
Suara-suara itu mengajakku menari
Gemuruh itu, gemerisik itu, riang tawa itu
Kurentangkan kedua tangan
Terjangan air menghempas tubuhku
Melayang, tenggelam:
inilah tarian agung karya Tuhan
Air berkumpul merangkai kata
Pesan untuk Neptunus di dasar samudera
"Riana, aku masih mencintaimu"
Ikan-ikan jadi termangu:
Aku ini tinggal jasad saja
Mereka pun enggan tersenyum padaku
Biarlah air laut membawa namamu pergi ke dasar samudera,
kepada penguasa lautan
Namamu tak hilang meski sudah tenggelam
Serahkan saja pada Neptunus:
Dia akan mengirimkan gelombang cinta baru untuk kita.
[ ]
Seruling bambu mengalun
Gesekan daun membentuk ketukan
Udara kosong menggema
Disusupi nyanyian burung
Diwarnai sayap kupu-kupu
Batu-batu mengeras, kokoh dalam diam
Air mengalir menyelingi di sela-sela
Putih, jernih
Membeningkan jendela hati yang ternoda
Memecah kerasnya kepala
Mengalir seperti air atau diam sekokoh batu?
Bergerak selentur angin atau berdiri seajeg tanah?
Menarilah:
Tuhan yang menyukai keindahan itu mungkin pandai menari
atau bernyanyilah kalau suaramu merdu
Menyamakan harmoni dengan alam
Tapi aku lemah:
Kakiku tak kuat menari
Pita suaraku tak paham melodi
Aku hanya seonggok pohon pisang
Dicakari kera-kera kelaparan
Daun-daunku menggerakkan udara
Menyulam pola susunan kata:
"Aku sudah mati oleh cinta
jiwaku dibawa pergi Riana"
Mereka berlarian ke tengah hutan
Membawa pesanku kepada Agni si dewa api
Andai laut tak mampu menenggelamkannya
Biarlah kedalaman hutan menguburnya tanpa jejak
Agni akan membakar kami bersama tanah
Me-reka sebentuk monumen cinta baru bagi kami
[ ]
"Tuhan adalah ahli geometri," kata Plato
Mungkin dia melihat keindahan dalam bentuk
padahal cinta tak berbentuk dalam keindahannya yang paling nyata
Mungkin cinta bisa menari
Satu dua langkah seirama sepasang manusia
Di antaranya pasti ada kaki Tuhan
Nietzsche pun berkoar:
Aku hanya akan percaya pada Tuhan yang tahu bagaimana menari
Aku iri pada mereka berdua:
Aku akan mengajak Tuhan bernyanyi senandung ria cintaku kepada Riana
Dan Tuhan akan mengalunkan melodi baru dalam lagu cinta kami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H