Mohon tunggu...
HIlman Fakhruzy
HIlman Fakhruzy Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate From Jakarta State University

Linguistic and arts enthusiat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fenomena Kata Baper dan Hubungannya dengan Rasa Empati

26 Februari 2023   19:28 Diperbarui: 26 Februari 2023   19:31 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu kita tidak asing lagi dengan istilah "Baper", baper adalah sebuah istilah yang popular khusunya di kalangan pemuda. Baper merupakan singkatan dari dua kata yaitu bawa dan perasaan seperti kata mager, gabut dan sebagainya yang tidak ditemukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Seperti kita ketahui di atas, bahwa baper adalah singkatan dari bawa perasaan yang mana maksudnya adalah kita melibatkan perasaan pada sebuah objek atau suatu peristiwa yang sedang terjadi pada diri kita. Sesorang yang sensitif terhadap perasaan dan sering merasa emosional dalam menanggapi suatu peristiwa atau objek akan disebut dengan istilah "baperan"

Perasaan atau emosi tersebut bisa berupa rasa suka, rasa sedih, rasa marah dan sebagainya. Jadi, baper bukan hanya tentang asmara saja, tapi mencakup semua yang melibatkan perasaan dan emosi yang kita keluarkan sebagai reaksi terhadap suatu objek atau peristiwa. Misalkan jika kita mendengar sebuah cerita kemudian kita merasa sedih, namun orang lain menganggap bahwa itu sesuatu yang biasa saja.

Sebenarnya fenomena ini merupakan sesuatu yang biasa saja di kalangan pemuda. Namun belakangan banyak yang menyoroti hal tersebut lantaran munculnya kata "baper" dianggap membuat empati seseorang menjadi berkurang. Hal tersebut banyak terjadi dalam pergaulan di kalangan pemuda. Contoh sederhana ketika mereka bercanda terkadang tidak sengaja memunculkan kalimat-kalimat atau perlakuan yang akan menyebabkan sesorang merasa sakit hati dan tersinggung, kemudian yang ia lakukan bukan meminta maaf namun mengatakan "baperan" kepada si korban.

Rasa empati adalah sesuatu yang penting untuk kita miliki sebagai seorang manusia. Sebagaimana yang kita ketahui manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa adanya rasa empati, manusia akan kehilangan respect dan rasa hormat terhadap satu sama lain, sehingga rasa untuk bersosialisasi dan saling membantu juga akan turut hilang. Selain itu, rasa arogan dan merasa selalu benar akan mudah muncul dalam diri kita.

Rasa empati bisa membuat kita bisa saling memahami satu sama lain, memiliki rasa empati yang tinggi akan mendorong seseorang untuk saling berbagi dan membantu antar sesama, ini adalah salah satu kunci untuk membangun suatu hubungan yang baik dan Kerenggangan hubungan antar individu tidak akan mudah terjadi. Sebaliknya, jika rasa empati itu hilang maka bukan tidak mungkin suatu saat nanti akan banyak muncul individu yang apatis, egois serta mudah meremehkan dan merendahkan orang lain.

Oleh sebab itu, sebagai seorang yang bijak maka ketika kita tidak sengaja menyinggung atau membuat orang merasa sakit hati dengan apa yang sudah kita lakukan, meskipun tidak ada niatan dalam diri kita untuk membuat dia marah dan kesal, maka kita harus tetap meminta maaf meskipun menurut kita itu adalah hal yang biasa, bukan sebaliknya dengan mengatakan "baperan". Karena kata maaf mungkin bisa membuat amarah dia meredam. Sebaliknya dengan mengatakan "baperan" justru akan membuat kita kehilangan empati dan akhirnya bisa membuat hubungan pertemanan menjadi senggang.

Karena tentu setiap orang pasti akan berbeda-beda dalam menyikapi hal-hal tersebut, masing-masing dari kita pasti memiliki standard yang berbeda dalam memberikan batasan-batasan tentang sesuatu yang bisa membuat kita sakit hati atau tersinggung. Bisa saja apa yang menurut kita hal biasa atau normal adalah sesuatu yang sudah berlebihan menurut orang lain. Oleh karena itu rasa empati dibutuhkan agar kita bisa saling memahami antar sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun