Beberapa tahun belakangan kita melihat berita penyedia konten (portal berita atau blog) yang datang ke newsfeed social media kita dengan judul yang 'aneh'. Contohnya:
- Heran! Setelah Diet, Pria Ini Malah Menyesal Jadi Ganteng
- Heboh! Bukti Indikasi Oknum Polisi Terima Upeti Tersebar Luas
- Jokowi Kandidat Ketua Umum PDIP, Apa Kadernya Nggak Takut Dikibulin? Jangan - jangan Nanti Loncat Jadi Ketum Partai Lain?
- Agnez Mo Tulis Kata-kata Ini Setelah Mantan Pacarnya Dinikahi Sarah Sechan
Dalam bisnis surat kabar, judul seperti ini biasa dipakai oleh koran 'kuning' -- sebutan bagi koran yang mayoritas kontennya berita kriminal. Mereka biasa menggunakan judul bombastis dan provokatif. Tapi bila dibandingkan dengan judul di atas, judul koran 'kuning' kalah canggih. Bahkan ia menabrak 'prinsip' judul satu kalimat ringkas dan berani memakai lebih dari satu kalimat.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan penyedia konten dan pembaca? Saya tidak akan membahas jenis judul seperti apa yang benar dan salah. Saya hanya akan membahas mengapa judul seperti di atas dipakai, manfaatnya bagi penyedia konten dan pembaca, serta bagaimana cara membuatnya.
1. PERUBAHAN PERILAKU
Judul di atas hanya dipergunakan oleh penyedia konten online. Media cetak akan sangat kesulitan mengaplikasikan judul model di atas (salah satunya) karena keterbatasan ruang. Pemakaian judul panjang sebenarnya diaplikasikan media cetak di abad ke-19 dan awal 20. Namun gaya tersebut berganti ke judul yang lebih singkat, tegas dan eye catching seperti kita temukan sekarang.
Di antara waktu yang makin sempit, makin banyak informasi masuk yang mesti disaring. Yang dilihat pembaca hanya kata (lewat judul), bukan informasi sesungguhnya yang disajikan. Itu sebabnya kita sering melihat sebuah berita di Facebook, dikomentari, di-like dan di-share banyak orang, tapi komentarnya 'tidak nyambung' dengan isi keseluruhan berita karena komentator hanya membaca judul.
Dalam kurasi konten online, penciptaan judul seperti di atas disebut Headline Engineering. Judul-judul dibuat begitu menjanjikan secara emosional. Kita mungkin tidak suka dengan penyedia konten yang gemar 'main-main' dengan hedline engineering. Tapi, tidak ada cara paling ampuh di konten online untuk memancing respon keterbacaan dan engagement/interaksi, kecuali lewat judul.
Perubahan perilaku pembaca online ini lah yang menyebabkan kenapa judul (headline) sampai di-engineering seperti ini. Penyedia konten berjuang sangat keras untuk memenangkan kesan pertama.
2. FACEBOOK TERLALU PERKASA
Kita tak membahas tentang migrasi pembaca cetak ke online. Soal pertumbuhan pengguna internet yang makin tinggi, itu fakta. Di sisi lain, penyedia konten online makin kehilangan pembaca yang mengakses konten langsung ke situs mereka (direct), bahkan lewat mobile App yang disediakan penyedia konten. Pembaca datang dari social media, khususnya Facebook.
Hal ini sejalan dengan yang disebut oleh Erik Qualman: social media membuat pembaca tak lagi mendatangi berita, tapi berita yang datang ke mereka. Pada April 2012 Washington Post memiliki 4 juta pembaca per hari lewat aplikasi mereka. Tapi tak lama kemudian jumlah itu menyusut sangat drastis.