Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Algoritma Baru Facebook dan "Innamal A'Malu Binniyat"

15 Januari 2018   08:18 Diperbarui: 15 Januari 2018   19:43 1997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr Martin Luther King pada pidatonya yang fenomenal dan mengubah dunia. (sumber: Wikimedia))

Mengapa uang tidak menjadi Why pada semua orang atau perusahaan?

Faktanya, uang hanyalah salah satu satu hasil/result dari apa yang kita kerjakan dan bernilai bagi orang lain (kombinasi Why, How, What). Uang sebenarnya tidak pernah menjadi purpose/tujuan, karena kita selalu menukarkan uang untuk tujuan yang lain.

Uang adalah hasil jangka pendek sebagai insentif atas keputusan jangka pendek pula.

Kita punya uang 1 gudang, lalu apa? Bahkan dimakan pun tidak bisa. Ia harus ditukarkan kepada sesuatu yang kita butuhkan untuk mencapai sebuah tujuan. Uang adalah instrumen alat tukar yang diperlukan agar perusahaan dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan demi mencapai tujuan yang sesungguhnya. Mencari uang dengan tujuan mendapatkan uang yang lebih banyak lagi terdengar seperti ular yang menelan buntutnya sendiri.

Arkademi.com yang saya dirikan memiliki WHY yang tegas: "Mendemokrasikan pembelajan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing bangsa Indonesia." Arkademi tidak saya dirikan untuk membuat diri saya kaya. Saya bukan orang kaya dan tak punya impian jadi kaya raya. Tapi saya tak perlu menunggu jadi kaya dulu agar bisa membantu orang lain dan bangsa ini. Sampai sekarang biaya yang saya keluarkan untuk membangun dan mengoperasikan Arkademi totalnya hanya Rp 700 ribu. Ribu, bukan juta. Total, bukan per bulan. Tak ada biaya tambahan apapun sampai setahun ke depan bila dijalankan dengan kondisi yang ada sekarang.

Agar Arkademi bisa sampai ke WHY-nya, ia harus punya kemampuan ekonomi yang direfleksikan melalui model bisnis. Arkademi harus bisa menghasilkan uang agar bisa ditukarkan untuk memenuhi kebutuhannya dalam mewujudkan "Meningkatkan kualitas dan daya saing bangsa Indonesia" secara lebih luas dan lebih baik. Bukan supaya kaya dan bisa kawin lagi.

I BELIEVE...

Di musim panas tahun 1963, 250.000 orang berkumpul di alun-alun Washington DC untuk mendengarkan Dr Marthin Luther King berpidato. Tak ada undangan, apalagi notifikasi lewat ponsel. Orang datang berbondong-bondong dari jauh bukan untuk mendengarkan tentang bagaimana cara mengubah Amerika. Tapi mereka datang dengan satu tujuan: merekonstruksi kembali keyakinan dan mimpi bersama sebagai sebuah bangsa.

"I belive... I believe... I believe...".

King percaya bahwa ada 2 hukum di dunia ini: hukum manusia dan hukum Tuhan. Tuhan menciptakan manusia dengan setara, sedangkan manusia melalui hukumnya menciptakan kelas dan kasta.

Sebuah keyakinan dari seorang individu yang mampu mengubah dunia ini. Dr King mengatakan "I have a dream". Bukan "I have a plan." King bukan orator ulung satu-satunya di Amerika, bukan pula pejuang tunggal kulit hitam dalam perjuangan kesetaraan HAM. Namun King menawarkan pijakan awal yang baru dalam merekonstruksi kehidupan sosial Amerika melalui impian (Dream) dan apa yang ia yakini (Believe). Impian dan keyakinan yang kemudian diterima sebagai kesadaran kolektif Amerika hingga sekarang. Itulah WHY milik Dr King.

Setiap perusahaan fenomenal adalah mereka yang mampu membangkitkan kesadaran dan kepercayaan kolektif pada sebuah WHY yang superior.

Temukan WHY anda. Tempa dan orientasikan selalu pada diri sendiri, keluarga, rekan sejawat, tim, dan karyawan anda. Yakinkan pada diri sendiri dan orang di sekitar bahwa anda melakukan apa yang anda kerjakan berawal dari niat baik dan sesuatu yang lebih besar ketimbang diri anda sendiri. Yakinlah bahwa Tuhan akan selalu menolong orang yang berniat baik dan percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun