Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

RIP Yahoo: Tak Ada yang "Too Big To Fail"

12 Juni 2017   09:23 Diperbarui: 19 Juli 2018   14:50 188877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak mungkin lagi membuat produk social network seperti Facebook dan Twitter, apalagi membelinya. Flickr yang dibeli Yahoo tahun 2005 sudah kalah dengan Instagram. Yahoo Messanger sudah ketinggalan jauh dibanding Whatsapp, Line, dan BBM. Akhirnya mereka membeli Tumblr tahun 2013 yang akhirnya justru tidak tumbuh sesuai harapan meski Mayer sudah keluar uang begitu banyak untuk membayar para penulis.

MENULARKAN KEKALAHAN

Syukurlah Sergey Brin dan Larry Page menolak menjual Google kepada Yahoo tahun 2002 yang ditawar $ 1 miliar. Syukurlah Mark Zuckerberg menolak Yahoo yang menyodori $ 1 miliar agar mau menjual Facebook. 

Karena kemungkinan besar kita tak akan melihat Google dan Facebook seperti saat ini bila dulu jatuh ke tangan Yahoo (Mark pernah ditentang habis-habisan oleh investor, co-founder, dan manajemen karena menolak menjual FB ke Yahoo). Nasibnya akan sama dengan Flickr, Tumblr, Geocities, Hotjob, Delicious, dan 114 hot startup lain yang diakuisisi Yahoo dan kini tak terdengar lagi namanya. Semua gagal. Miliaran uang yang dikeluarkan dalam akuisisi itu seakan-akan hanya demi menularkan kekalahan.

Produk dan perusahaan bisa dibeli. Tapi tidak dengan kesuksesan. Karena di balik kesuksesan sebuah produk atau perusahaan selalu ada hal-hal yang tak tampak: visi, misi, kultur, spirit, manajerial, road map, hingga model bisnis. 

Yahoo bisa membeli Flickr sebagai produk sukses. Namun dengan cara kerja Yahoo, mereka tak akan bisa mengiterasi proses kesuksesan itu. Yahoo yang sudah rusak hanya akan menularkan kerusakan itu kepada startup-startup dengan produk hebatnya yang telah mereka akuisisi.

Stewart Butterfield, Co-founder Flickr, meski tak bilang menyesal telah menjual Flickr kepada Yahoo, ia mengaku mengambil banyak pelajaran berharga. Yang lebih penting dari akuisisi adalah apa yang akan terjadi setelahnya. Ia menyoroti faktor independensi perusahaan pasca-akuisisi. 

Tanpa itu, sebuah produk akan kehilangan nilai yang ditempa oleh segala sesuatu yang tak tampak. Begitu pula dengan siapa orang yang akan menjalankan perusahaan pasca-akuisisi, dan apa target dan tujuan akuisisi itu. 

Butterfield mengeluh tentang pendapat yang cenderung menggampangkan mendirikan sebuah perusahaan --- yang tampaknya kritik ini diarahkan ke Yahoo. Namun ia mengatakan, bila saja dulu tidak menjual ke Yahoo dan menahan diri dalam beberapa tahun, sangat mungkin Flickr terjual 10 kali lipat dari nilai akuisisi Yahoo $ 35 juta dan bisa terus berkembang sebagai produk fenomenal.

***

Kita tak hanya harus berterima kasih kepada Yahoo karena telah memperkenalkan kita kepada internet. Namun juga memetik pelajaran tentang ilusi kesuksesan yang mampu meruntuhkan sebuah kerajaan besar internet yang menjadi pusat gravitasi pada suatu masa. 

Ilusi ini bahkan bisa hinggap dan membunuh sebuah perusahaan teknologi yang secara alamiah berdiri di atas semangat inovasi. Kita tengah menyaksikan sebuah perusahaan teknologi paling inovatif pada masanya harus mati karena mereka gagal berinovasi, lengah, pongah, dan menganggap dunia ini statis. Dunia berubah, dan Yahoo tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun