Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

RIP Yahoo: Tak Ada yang "Too Big To Fail"

12 Juni 2017   09:23 Diperbarui: 19 Juli 2018   14:50 188877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(credit: Justin Sullivan/Getty Images via Slate)

Alasan lain, Yahoo khawatir bila mereka mendeklarasikan diri sebagai perusahaan teknologi, membuat mereka rentan diserang oleh Microsoft --- raja perusahaan teknologi ketika itu yang membunuh Netscape. Sementara lini bisnis mesin pencari sudah lama tak dihiraukan. Akhirnya, identitas Yahoo makin kabur dan membawa dampak lanjutan yang akut.

HILANGNYA HACKER-CULTURE

Memosisikan diri sebagai perusahaan media ternyata berkonsekuensi serius. Yahoo tak lagi fokus pada pengembangan teknologi dan menganggapnya sebatas komoditas. Para programmer hanya dijadikan sekadar operator yang mengeksekusi keinginan para manajer ke dalam bahasa kode. Ketika Microsoft dan Google selalu terobsesi untuk mempekerjakan para programmer terbaik, tidak dengan Yahoo.

Programmer hebat hanya mau bekerja dengan programmer hebat pula. Di dunia bisnis teknologi ketika kita mempekerjakan programmer buruk, artinya kiamat. Itu sebabnya kita tak pernah lagi melihat produk istimewa dari Yahoo setelah kesuksesan email, mesin pencari dan chat room di masa lalu. Semuanya menjadi biasa-biasa saja. Tidak berkembang dan makin ketinggalan zaman. Saya pengguna Yahoo Messanger dari tahun 1999 sampai 2008, ya begitu-begitu saja barangnya.

Tak memosisikan diri sebagai perusahaan teknologi dan kehilangan para programmer andal membuat Yahoo tak punya tenaga dalam merawat inovasinya. Hacker-centric culture berubah menjadi suit-centric culture. 

Yahoo berubah dari perusahaan inovatif menjadi perusahaan kantoran medioker. Inovasi di Yahoo hanya mengalir satu arah dari para orang berdasi yang dinamakan manager dan producer kepada para bawahan termasuk programmer. Hampir tak ada ruang untuk mengelaborasi gagasan-gagasan baru dari akar rumput, bahkan untuk mempertanyakannya sekalipun.

Perusahaan ini menjadi tua begitu cepat. Memosisikan diri sebagai perusahaan media membuat mereka harus mengelola perusahaan sebagaimana layaknya perusahaan media dijalankan: oleh para orang berdasi, bukan para hacker. Hacker tak boleh menjalankan perusahaan media. Hacker harus disupervisi oleh para orang berdasi. 

Mereka fokus merekut MBA. Sementara pesaing-pesaing mereka yang saat itu masih berukuran kecil sibuk merekrut para hacker dari berbagai bidang: teknologi, bisnis, marketing, sales, desain, dsb.. Mereka tak percaya pada hacker-centric culture. Meski itu mengingkari sejarah bahwa Yahoo lahir dari tech-hacker dan business-hacker bernama Jerry Yang dan David Filo.

KEGAGALAN DI ERA SMARTPHONE

Ketika startup baru bermunculan, mengusung misi besar mengubah dunia dan menciptakan masa depan, kita tak melihat ada terobosan fenomenal apa pun dari Yahoo di era 2000-an. Mereka gagal beradaptasi di era smartphone. Bahkan Marissa Mayer yang diangkat menjadi CEO tahun 2012 untuk memecahkan masalah ini pun gagal mengatasinya.

Sebagai perusahaan media, Yahoo menjual iklan. Dengan masifnya adopsi smartphone pasca 2007, trafik internet meningkat luar biasa pesat yang membuat bisnis periklanan digital makin subur. Tapi Yahoo hanya bisa menonton dari luar lapangan. 

Karena mereka sama sekali tidak punya front door (pintu depan) dan ekosistem untuk mendatangkan trafik dari pengguna smartphone. Front door dan ekosistem hanya dikuasai 2 pemain: Google dengan Android dan Apple dengan iOS. Ekosistemnya dilengkapi dengan browser, mesin pencari, dan mampu membaca perilaku pengguna sehingga iklan lebih tertarget --- sesuatu yang dari dulu tidak pernah dihiraukan Yahoo.

Dua pemain ini sudah terlalu besar dan Yahoo tak punya kemampuan untuk menandinginya. Namun, Yahoo masih punya basis jutaan user untuk dimanfaatkan. Sehingga mereka memutuskan membuat aplikasi yang superior. Banyaknya produk yang dimiliki Yahoo membuat mereka kehilangan fokus. Mana yang hendak diprioritaskan: email, media, cuaca, keuangan, mesin pencari, dan yang lain-lainnya? Yahoo setengah mati mencari cara mengatasi gap antar produk ini ke dalam satu-dua aplikasi unggulan.

Ketika baru menjabat tahun 2012, Mayer langsung mengakui bahwa Yahoo kekurangan programmer mobile app dan langsung melakukan perekrutan besar-besaran sampai 500 orang. Akhirnya aplikasi itu dirilis dan berhasil mengakuisisi pengguna. Namun tidak berlangsung lama.

Lansekap pada smartphone berubah lagi dari content-based service ke communication-based app. Orang-orang ramai-ramai meninggalkan aplikasi konten satu arah dan beralih ke media sosial serta messanger. Sementara di dua dunia tersebut, Yahoo tak punya produk yang bisa diandalkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun