[caption id="attachment_404617" align="aligncenter" width="627" caption="Kissmetric"][/caption]
Salah satu fitur yang sangat saya harapkan hadir di Kompasiana adalah 'Publish Later' yang membuat kita bisa menjadwalkan penayangan/publish tulisan yang sudah kita buat, berdasarkan tanggal dan jam. Sekilas tentang fitur tersebut saya tuliskan dalam artikel Pembunuh Kompasiana.
Tentu akan ada tanggapan bahwa kita bisa menulis duluan lalu menyimpannya sebagai draft dan men-publish di waktu yang kita inginkan. Tapi justru di sini lah masalahnya, dengan metode tersebut kita harus datang berulang kali ke Kompasiana dan belum tentu kita ada waktu di hari atau jam tersebut. Ini bukan hanya merugikan penulis, tapi juga Kompasiana dan audien untuk mendapatkan konten berkualitas.
Mengapa pemilihan waktu publish konten blog menjadi sangat penting?
Kita semua menulis di online platform umum seperti Kompasiana adalah untuk dibaca oleh orang lain. Kita ingin mendapat perhatian karena merasa konten kita penting bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga buat orang lain. Kita ingin kontribusi kita dalam bentuk tulisan tersebut berarti buat orang lain. Makin banyak pesan kita sampai, maka makin luas pula kontribusi yang kita berikan. Bukan kah itu prinsip pergaulan dan social media? Bahwa kita ingin membagi hal-hal yang berarti untuk orang di sekeliling kita.
Kalau kita tidak hirau berapa orang yang akan membaca tulisan kita, mungkin kita hanya akan menulis dan menyimpan di komputer pribadi, atau menulis diari dan menyimpannya di lemari baju.
Di sini kita ingin dapat perhatian. Makin banyak perhatian yang kita dapat makin baik.
Tapi kapan kah kita bisa mendapat perhatian?
'Kapan' adalah soal waktu. Ibarat seorang salesman yang menjual barang door to door, sulit menjual barang bila berkunjung saat penghuni rumah tak ada di tempat.
Dalam social commerce, 'kapan' ini dibahas dalam science of social timing yang menjawab kapan sebuah konten online paling tepat diantarkan kepada audien (pembaca umum, konsumen, stake holder atau mitra bisnis).
Sekarang masuk ke pertanyaan inti: Kapan sebaiknya men-publish tulisan di Kompasiana?
Saya tak punya data demografi penulis dan pembaca Kompasiana (sayang sekali). Tapi asumsi menurut pengamatan saya, mayoritas penulis dan pembaca Kompasiana adalah pria, berusia 23-45 tahun, warga urban, bekerja dan berpendidikan minimal SMA. Sekali lagi itu asumsi mayoritas.
Audien dengan profil seperti di atas mudah menemukan siklus hidup mereka lewat berbagai referensi. Kapan mereka bangun tidur, berangkat kerja, bekerja, pulang, family time, tidur, dan weekend. Tidak sulit membaca kapan mereka punya waktu luang, termasuk yang digunakan untuk beraktivitas di dunia maya. Prinsipnya, ketika mereka ada di dunia maya, anda (baca: tulisan anda) datang.